TabloidNova.com - Video kekerasan yang dilakukan sejumlah siswa sekolah dasar di daerah Bukit Tinggi, Sumatera Barat, menghebohkan dunia maya. Sebenarnya apa alasan siswa SD di Bukit Tinggi melakukan bully?
Menurut situs Parenting, ada 5 motif yang seringkali melatarbelakangi tindakan bully yang dilakukan anak-anak.
1. Cari perhatian
Bagi anak-anak yang haus perhatian, tidak ada malapetaka yang lebih mengerikan daripada diabaikan oleh orang-orang di sekelilingnya. Terutama oleh keluarga dan lingkungan terdekat. Nah, mengolok-olok ataupun mengganggu anak lain akan membuat perhatian "seluruh dunia" dalam konteks negatif tertuju pada diri si pelaku bully. Tapi mendulang perhatian negatif bukanlah masalah bagi mereka. Karena mereka cenderung merasa lebih baik daripada tidak diperhatikan orang sama sekali.
2. Main-main
Menggoda anak lain terkadang juga dilakukan sekadar untuk bermain-main tanpa keinginan untuk menyakiti, meski dari luar tindakan tersebut terlihat kejam. Anak SD seringkali saling memanggil temannya dengan nama julukan seperti "si gendut", "si kribo", atau meledek nama orang tua untuk sekadar "lucu-lucuan". Meski awalnya tidak bermaksud jahat, memanggil dengan nama julukan ini bisa berpotensi kebablasan menjadi perselisihan jangka panjang.
3. Ikut-ikutan
Di setiap lingkungan pasti ada satu atau sekelompok anak yang dianggap keren oleh teman-teman sebayanya. Jika si anak keren tadi kedapatan sedang mengganggu orang lain, maka anak-anak lainnya bisa merasa harus ikut melakukannya supaya bisa dianggap sama keren. Efek ikut-ikutan ini juga berlaku apabila pelaku bully adalah salah seorang teman yang dianggap keren atau usianya lebih tua. Anak lain bisa saja ikut melakukan bully supaya dianggap keren atau sederajat dengan si "anak besar".
4. Belum paham makna perbedaan
Anak-anak tidak dapat dengan sendirinya memahami apa sebab anak lain harus mengenakan kacamata setebal "pantat botol" atau teman sekelasnya harus berjalan dengan sebelah kaki yang pincang. Karena tidak bisa memahami apa yang dilihatnya, maka mereka tidak mampu menunjukkan empati pada anak lain yang penampilannya "berbeda". Sehingga sesuatu yang berbeda itu bisa dianggapnya sebagai bahan hiburan untuk mengolok-olok temannya dengan sebutan "si mata empat", "si pincang", dan lain sebagainya.
5. Eskpresi perasaan frustasi
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR