1. Komunikasi
Diam dan dengarkan. Jadilah pendengar yang efektif, karena dengan demikian akan menjadikan anak tak menghindari Anda karena dianggap sebagai "penceramah". Dorong anak-anak agar terbuka pada orangtua layaknya sebagai teman. Untuk itu, ciptakan waktu khusus dan rutin untuk berada bersama anak.
2. Keterlibatan
Masalah tak akan menjadi besar jika Anda dapat melindungi anak-anak dari tekanan serta pengaruh buruk teman-temannya. Cobalah juga mengenal dan berkomunikasi dengan para orang tua teman anak. Tentu saja Anda tak perlu terlalu ikut campur karena anak tetap membutuhkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan atau mengemukakan keinginannya sendiri jika dia sudah cukup umur untuk melakukannya. Jika Anda sudah terbiasa mendidiknya atau mengarahkannya sejak dini, Anda pasti dapat mempercayai segala tindakannya dengan bijaksana.
3. Norma & Aturan
Jika Anda percaya kepada anak-anak, mereka dengan sendirinya akan berkembang menjadi orang yang baik dan peduli akan sesamanya. Jangan biarkan anak tergantung pada teman-temannya, sekolah, atau media lain yang mengajarkan bagaimana caranya harus berperilaku baik. Sebab, semua ini tergantung dari Anda sendiri untuk membuat suatu standar atau nilai kehidupan. Ajarkan pada anak bagaimana ia harus berperilaku dan sifat apa yang harus ia miliki.
Diskusikan bersama norma-norma yang ingin agar anak Anda ikuti, capai kesapakatan, sehingga keluarga Anda memiliki aturan/norma yang harus ditaati dan diterapkan. Jangan lupa jelaskan pada anak maksud nilai dan norma tadi.
4. Sopan Santun
Anak yang tidak pernah belajar bagaimana caranya bersopan santun, umumnya akan tumbuh menjadi remaja yang bermasalah, baik dengan teman maupun orang dewasa di lingkungannya. Cara yang bijaksana adalah tak pernah lelah memberi nasehat dan mengingatkan anak agar berlaku santun, semisal selalu berkata, "Tolong", Terima kasih", "Maaf". Terus lakukan hingga kata-kata ini menempel di ingatannya dan secara otomatis akan diucapkan anak. Yang tak kalah penting, orang tua harus memberi contoh yang baik. Jangan pernah lupa mengungkapkan kata-kata tadi walau dengan anak sendiri.
5. Tentukan Batas
Disiplin bukan sesuatu siksaan, bukan juga hukuman. Terapkan disiplin sedini mungkin, sebelum anak-anak tumbuh berkembang tanpa aturan dan berakibat menderita dalam kehidupannya. Kerjakan dengan baik dan disiplin akan menjadikan anak memiliki percaya diri, sukses sebagai orang dewasa. Pastikan bahwa anak tumbuh di lingkungan dengan aturan yang jelas, konsisten, dan fair. Katakan tanpa lelah, Anda berharap mereka berperilaku sopan dan berdisiplin sesuai standar yang telah dibuat di keluarga Anda. Hal ini tidak hanya membuat kehidupan Anda lebih teratur dan berarti, anak-anak pun nantinya akan menikmati dan menghargai segala usaha Anda ini.
6. Percaya Intuisi
Tak perlu ikut-ikutan atau meniru aturan keluarga lain. Anda tak mau, kan, buah hati selalu ingin melakukan hal sama dengan anak tetangga gara-gara tak mau kalah dan tak ingin ada konflik dengan anak? Oleh karena itu, didik anak agar mengerti aturan keluarga dan dia harus dapat mematuhinya. Diskusikan mengenai hal itu dengan anak. Jangan lupa pula mencoba mengenal teman-teman anak dan orang tua mereka sehingga Anda dapat cepat tanggap jika ada hal-hal yang tak diingnkan (memberi pengaruh buruk, misalnya). Sebaliknya, mereka juga akan mengerti, apa dan bagaimana aturan, nilai, serta norma yang berlaku di keluarga Anda.
7. Beri Pujian
Ingat kata pepatah, "Sedikit rasa akan menjadikan makanan lebih baik bahkan lezat dan terlalu banyak akan menghancurkan segalanya." Anak membutuhkan dukungan dan mereka akan senang serta bangga jika Anda mengetahui dan menghargai kegiatannya. Tapi tak perlu berlebihan memuji karena justru akan menghancurkan anak. Ibarat air, jika sedikit menjadi teman, namun jika banyak menjadi musuh.
8. Pertengkaran
Bertengkar, cekcok, berkelahi, adalah sesuatu yang normal bagi kakak-beradik. Tapi bukan berarti harus dibiarkan terjadi. Lerai secepatnya. Didik anak untuk terbiasa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata sopan. Bukan dengan caci maki atau kata-kata kasar. Tak perlu mencari tahu siapa yang memulai lebih dulu karena mereka pasti akan saling menyalahkan. Biasanya, jika Anda tak ikut campur, mereka justru bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Nasehati anak dan bantu dia mengembangkan kemampuannya untuk dapat hidup bersama-sama, saling berbagi rasa, bertenggang rasa. Biasakan pula anak untuk menjadi pendengar yang baik, tenang, dan bukan tipe penyerang.
9. Kekuasaan
Sikap demokratis memang baik. Namun kelewat demokratis juga ada bahayanya karena akhirnya tak ada pengambil keputusan. Sebagai orang tua, tugas Andalah menjadi wasit atau pemegang "kekuasaan" tertinggi jika terjadi ketidaksepakatan di antara anak-anak dan tetap harus diambil keputusan. Beri anak kesempatan untuk menyumbang ide dan kritik. Jika kesepakatan tidak didapat, ibu atau ayah harus mengambil keputusan. Bila anak mengerti hal ini dari kecil, maka selanjutnya mereka akan menerima dan menghargai proses tersebut.
10. Menang Atau Mundur
Perhatikan perilaku dan masalah anak lalu putuskan kapan Anda harus menjatuhkan hukuman. Pada masalah-masalah di mana Anda merasa ragu-ragu, tetaplah siaga membantunya. Namun jika Anda dapat mempercayai anak untuk membuat suatu keputusan yang dapat diterima, mundurlah. Jika Anda memilih peperangan dengan hati-hati, maka anak akan mendengarkan dengan baik dan menaati hukum yang ada pada waktu mereka dihadapkan pada masalah yang besar. Sebaliknya, jika Anda selalu ikut campur dalam semua masalah, anak akan antipati terhadap Anda.
Dok. NOVA
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR