TabloidNova.com - Tak ada yang bisa menyembuhkan luka psikologis seorang bocah di bawah umur yang pernah mengalami peristiwa kekerasan seksual. Itu pula yang dirasakan oleh AL, siswa Taman Kanak-kanak Jakarta International School (JIS) yang belakangan kerap disebut sebagai korban kedua dari serangkaian kasus kekerasan seksual di JIS.
D, ibunda AL, saat ditemui di kawasan Tulodong Bawah, Jakarta Selatan, Selasa (15/7) juga mengungkapkan bahwa putranya itu masih mengalami trauma. Tapi untungnya, lewat proses konseling, sedikit demi sedikit AL mulai membaik kondisi psikologisnya.
"Trauma, sih, masih. Tapi kalau main sama adik-adiknya dia mulai senang. Kalau sudah gabung sama anak-anak lain yang korban juga, dia terlihat paling kuat mentalnya. Setidaknya sejenak dia bisa lupa," kisah D.
Kata D lagi, perubahan ke arah yang lebih baik memang semakin hari semakin ditunjukkan oleh putranya itu. Tapi ia sadar, sang putra tidak akan pernah bisa sembuh total dari luka batin yang diakibatkan oleh peristiwa buruk di masa kecilnya itu. "Sekarang mungkin 80 persen kondisinya sudah pulih. Mugkin 20 persen lagi bisa dikembalikan melalui konseling. Saya sudah bilang, 18 tahun ke depan dia masih terus konseling. Mungkin lima tahun pertama bisa jadi seminggu sekali, mungkin sisanya bisa setahun sekali, tapi harus terus," ujar D yang juga berbagi cerita bahwa kondisi AL saat ini sehat dan baik.
Sebagai orangtua, D hanya bisa menjelaskan pada sang putra bahwa apa yang dialaminya bukan merupakan kesalahannya. "Tapi lebih ke kecelakaan. Sama seperti misalnya dia jatuh, kaki patah. Ada luka, tapi biarkan lewat, meski tidak bisa dilupakan."
AL awalnya memang disebut hanya sebagai saksi dari peristiwa kekerasan seksual di JIS. AL bahkan disebut hampir menjadi korban kekerasan seksual. Tapi setelah melewati konseling dengan psikolog, AL sedikit demi sedikit terbuka dan akhirnya mengakui bahwa dirinya juga adalah korban kekerasan seksual yang dilakukan gurunya.
Yetta Angelina
KOMENTAR