Sudah begitu, biji matanya seperti keluar dan bola matanya yang hitam tak bisa bergerak. Orang yang melihat pun jadi takut. Kutanya kepada dokter tentang kondisi Magda. "Memang saraf begini, Bu. Sabar, ya." Ya, aku mesti sabar. Aku pun tak khawatir lagi, apalagi melihat Magda yang terus membaik.
Semula, ia mesti makan dengan bantuan selang. Tahun 2010, ia sudah bisa makan melalui mulut. Aku memberinya bubur, susu, dan jus. Memang butuh kesabaran. Sekali makan butuh waktu dua jam. Aku tak punya aktivitas lain kecuali terus menunggui Magda. Suatu hari di tahun 2010 itu, bapak saya menengok Magda. Melihat Magda yang sudah bisa makan, Bapak berencana membawakan buah avokad dari kampung.
Suatu hari, dalam perjalanan dari rumah menuju Siantar, mobil yang ditumpangi Bapak mengalami kecelakaan. Bapak pun mengalami luka berat dan meninggal saat itu juga, dengan buah avokad di tangannya. Jelas aku sedih sekali. Namun kembali semuanya kuserahkan kepada Tuhan. Aku terpaksa tak melayat saat Bapak dimakamkan di kampung halaman.
Magda tak bisa ditinggal. Aku antar Bapak dengan doa. "Tuhan, cobaan ini memang berat, namun aku akan terus menyerahkannya kepada-Mu." Kesedihan ditinggal Bapak, terhibur dengan perkembangan Magda. Dokter mengatakan, saraf Magda sudah ada gerakan. Matanya bisa terbuka. Lalu, ada gerakan kecil di kakinya. Mulai terdengar suaranya, seperti mengerang. Perkembangan berikutnya, ia menggeleng terus tak pernah berhenti.
Sampai-sampai yang menjenguk sempat berkomentar, Magda dirasuki setan. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Dokter pernah mengatakan, nanti juga akan berhenti. Memang benar. Tahun berikutnya, ia tak lagi menggeleng-gelengkan kepalanya. Selain itu, bola matanya yang hitam sudah bisa bergerak ke kiri dan kanan. Tubuhnya yang tinggal tulang mulai berisi lagi. Lihat saja, ia sudah tampak segar.
Oh ya, apakah aku tak capek merawat Magda selama ini? Tentu saja tidak. Aku tidak letih menyuapinya, memandikannya, dan aku tak akan meninggalkannya. Apalagi, Tuhan tak pernah berhenti menemaniku. Terbukti, sekarang Tuhan memberiku aktivitas baru, yaitu membuat kerajinan. Sudah lebih dari setahun ini aku melakukannya.
Ceritanya, ada kawan yang mengajariku membuat kerajinan dari manik-manik. Aku diajari membuat kalung, gantungan kunci, dan lainnya. Aku cepat sekali mengerjakannya. Sekarang ini, sambil menunggu Magda, aku membuat aneka kerajinan. Ilmu membuat kerajinan pun makin bertambah. Selain aksesoris, aku bisa membuat hiasan dinding. Banyak teman yang bersedia memasarkannya. Hasilnya pun lumayan, bisa untuk tambahan membeli susu dan obat Magda. Luar biasa, bukan?
Aku masih akan terus menunggu Magda bangun. Aku percaya, Tuhan akan kembali menyempurnakan Magda seperti sedia kala. Tuhan, pakailah Magda sebagai kesaksian untuk memuliakan nama-Mu....
"Bagi Tuhan tak ada yang mustahil/ Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin/ Mukjizat Nya disediakan bagiku/ Ku diangkat dan dipulihkannya..."
Henry Ismono
KOMENTAR