Permintaan dari luar negeri memang direspons cepat oleh Tetet. Terbukti dengan rutinnya ia melakukan pengiriman kebeberapa negara yang terus ia layani. "Jepang selalu minta Batik Abstrak kain sutra. Sementara negara-negara lain enggak melulu minta kain, tapi juga produk Batik Abstrak dalam bentuk tas, sandal, kaus. Meskipun produksinya tidak terlalu banyak, tapi peminatnya cukup banyak. Brunei Darussalam pun rutin minta dikirim sandal Batik Abstrak, kalau New Zealand lebih berminat pada kaus," paparnya.
Dengan harga cukup terjangkau, kain Batik Abstrak karya Tetet dibanderol mulai dari harga Rp100 ribu. "Harga tentu bervariasi, ya. Kalau mau didesain khusus juga saya bisa layani, mulai dari Rp2,5 juta sampai Rp5 juta. Biasanya ada yang minta dibuatkan produk Batik Abstrak masterpiece, jadi hanya satu saja dan tak bisa dimiliki orang lain. Rata-rata peminat dari luar negeri sangat banyak, sementara peminat dari dalam negeri biasanya dari kalangan pejabat dan artis."
Penerus Batik Abstrak
Ibu tiga anak ini juga merasa amat bersyukur, setelah menekuni Batik Abstrak selama tujuh tahun, akhirnya putra keduanya, Surya Wisesa, memiliki minat dan hasrat yang sama dengannya. "Saya senang putra kedua saya, yang saat ini menekuni dunia fotografi, mulai mau membantu saya menekuni Batik Abstrak. Sedangkan putri bungsu saya, Ilma Puspanusa, mulai membuat desain-desain baju yang bagus untuk Batik Abstrak saya," ucapnya penuh syukur.
Oleh karenanya, Tetet merasa tak perlu khawatir akan masa depan Batik Abstrak, yang diharapkannya juga bisa ikut dibesarkan oleh anak-anaknya. "Sentuhan kedua anak-anak saya ini juga membuat Batik Abstrak jadi terasa lebih kekinian, modern, dan memiliki jangkauan yang lebih luas. Bahkan cocok untuk generasi muda," katanya bangga.
Ditambahkan oleh Tetet, ia percaya, Batik Abstrak miliknya bisa semakin berkembang dan maju. "Saya hanya ingin berkontribusi terhadap roda perekonomian negara ini. Apabila dengan produk Batik Abstrak ini saya bisa menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang, tentu saya bisa menciptakan banyak sumber daya yang terampil. Yang maju, kan, akhirnya bukan hanya Batik Abstrak saja, tapi juga ekosistemnya atau lingkungannya," ujar wanita bergelar doktor ekonomi ini lagi.
Namun saat ini Tetet bersama anak-anaknya masih ingin fokus membesarkan Batik Abstrak hanya di Kota Kembang. "Memiliki gerai atau galeri di kota lain sepertinya belum bisa terealisasi, karena sampai saat ini kami masih ingin fokus di Bandung dulu. Apabila memang sudah tak tertampung di Bandung, bukan tak mungkin Batik Abstrak akan bisa ditemui di berbagai kota besar di seluruh Indonesia."
Perempuan aktif yang kerap mendapatkan berbagai penghargaan di bidang seni dan bidang pendidikan ini juga berharap, Batik Abstrak miliknya bisa terus mendapatkan respons positif dari banyak kalangan. "Batik Abstrak sudah dipatenkan dan menjadi produk batik satu-satunya di Bandung. Jadi tugas saya sekarang adalah terus produktif dan tak henti mengenalkannya kepada dunia," harap Tetet.
Selanjutnya, Tetet bercita-cita ingin melihat batik Indonesia dipakai di setiap negara, karena pasarnya yang sangat potensial. "Tak menutup kemungkinan ke depannya misalnya brand ternama seperti Louis Vuitton, misalnya, bekerja sama dengan Batik Abstrak atau batik tradisional lain membuat koleksi tas bernuansa batik," tandasnya.
Swita A. Hapsari
KOMENTAR