Selama masa kerjanya memimpin pemerintahan Inggris, Thatcher menekankan pentingnya nasionalisme, absolutisme, dan hak-hak individu yang kerap bertentangan dengan kepentingan negara. Salah satu pernyataannya yang paling terkenal di tahun 1987 ialah, "Tidak ada yang namanya masyarakat. Yang ada adalah pria dan wanita sebagai individu, lalu ada pula yang namanya keluarga."
Media Soviet lah yang lantas menjulukinya "Iron Lady", setelah Thatcher dalam sebuah pidato di tahun 1976 menyatakan bahwa Rusia adalah negara yang tengah mencoba untuk menguasai dunia. Thatcher kemudian menjadi sangat akrab dengan Ronald Reagan, presiden AS pada masa itu, lantaran keduanya berbagi pandangan politik yang sama-sama konvensional.
Namun pejuang Inggris berhati dingin ini juga menjadi tokoh kunci dalam mengakhiri konflik Soviet kala ia merestui Mikhail Gorbachev, tokoh reformasi dari partai komunis Soviet, beberapa waktu sebelum Gorbachev memegang tampuk pimpinan Soviet. "Saya menyukai Mr. Gorbachev. Rasanya kami bisa bekerja bersama," ujarnya pada Desember 1984, tiga bulan sebelum Gorbachev dilantik menjadi pemimpin Uni-Soviet.
Walaupun instingnya benar soal Gorbachev, Thatcher juga pernah membuat kesalahan dalam mengukir sejarah. Setelah tembok Berlin runtuh pada 1989, Thatcher menentang penyatuan kembali Jerman Barat dan Jerman Timur. Menurut Thatcher, penyatuan dua negara di masa pasca Perang Dunia ke-2 ini akan mengakibatkan keadaan Eropa tidak stabil. Ia juga menyatakan pada Januari 1990, bahwa Jerman Timur belum siap menjadi bagian dari Eropa Barat.
"Jerman Timur berada dalam paham Nazisme dan Komunisme sejak tahun 1930. Anda tidak bisa mengubah negara ini menjadi demokratis dan menerapkan ekonomi pasar bebas dalam semalam," katanya kala itu.
Saat itu, Sang Iron Lady gagal memenangkan perdebatan. Jerman Barat dan Timur bersatu di penghujung tahun 1990.
Ajeng/BBC
KOMENTAR