Baca berita tanpa iklan. Gabung Nova.id+
Berangkat Lagi

Kepergian Mbak Satinah ke Arab Saudi pada 2006 itu merupakan kepergiannya yang kedua kali. Pertama, dia jadi TKW tahun 2004, mengikuti keluarga tentara. Gaji yang ia terima diberikan ke Nasruri, suaminya, dengan harapan bisa untuk membiayai hidup suami dan anaknya. Ternyata selama ditinggal kerja di Arab, suaminya malah membawa Nur pulang ke Tegal, kota kelahirannya. Nasruri lalu ke Jakarta dan kawin lagi. Anaknya dititipkan ke budenya Nasruri di Tegal. Praktis, Nur tak terawat dengan baik.

Tahun 2006 Mbak Satinah pulang. Tahu anaknya tak dirawat dan suaminya kawin lagi, ia ke Tegal mengambil anaknya. Menyedihkan, tubuh Nur lusuh, rambutnya kusut, dan pertumbuhan giginya buruk. Dengan sisa uang yang dimilikinya Mba Satinah merawat Nur dengan penuh cinta. Berhubung tak punya apa-apa, rumah juga masih menumpang di rumah kami atau saudara lain, akhirnya Mbak Satinah yang sudah terbiasa merantau, kerja lagi ke Arab dan berharap bisa kembali kerja dengan keluarga tentara dulu itu. Dia memang tipe perempuan pekerja keras. Sebelum jadi TKW, dia biasa merantau ke Jakarta, kerja di pabrik konveksi atau jualan.

Sayangnya, kata Mbak Satinah, majikannya yang tentara sudah dipindah tugas ke Irak. Dia lalu disarankan pulang atau kembali ke KBRI. Mbak Satinah memilih ke KBRI. Di situ pula dia bertemu wanita paruh baya bernama Al Ghorib yang kemudian menjadi majikan barunya.

Dibawa ke Polisi

Namun baru beberapa bulan kerja, katanya, dia sudah sering dianiaya. Tak tahan, Mbak Satinah mengaku kerap melawan dan terjadilah perkelahian sengit. Saat berkelahi, tengkuk majikannya dia pukul dengan gilingan pembuat roti sampai pingsan. Panik, Mbak Satinah bermaksud melapor ke KBRI dengan menumpang taksi. Sambil terburu-buru, dia mengambil ponsel sang majikan.

Rupanya si sopir taksi yang melihat kepanikan Mbak Satinah malah membawanya ke kantor polisi. Saat polisi menelepon ke rumah majikan, Al Ghorib sudah dibawa ke rumah sakit. Selanjutnya, Mbak Satinah diproses hukum dan dijebloskan ke penjara.

Selama menjalani proses hukum, kira-kira Ramadan 2006, kami hilang kontak dengan dia. Kabar Mbak Satinah sudah mendekam dipenjara baru kami terima setahun kemudian. Setelah kami berupaya ke Jakarta untuk mencarikan pengampunan, barulah bisa komunikasi lagi dengannya. Menurut penuturan Mbak Satinah, selama di penjara dia punya kegiatan menjahit dan dapat upah. Uangnya ditabung. Saya berharap Mbak Satinah tak jadi dihukum pancung agar ia bisa berkumpul kembali dengan putrinya, Nur

Dan setiba di Riyadh, Nur dan suami saya menemui Mbak Satinah di penjara selama tiga jam. Mereka didampingi seorang pejabat Kedubes RI, Neni. "Doakan saja aku sehat. Kalau takdirku meninggal di Tanah Air, semua urusan di sini pasti akan lancar. Tapi aku tidak bersalah," begitu kata Mbak Satinah.

Nur dan suami saya juga diajak umrah oleh Bu Neni. Suami saya juga cerita, Mbak Satinah sudah dimaafkan pihak keluarga bekas majikannya. Uang diyat juga sedang dihitung. Kami sudah dapat sumbangan dari Indonesia dan warga Indonesia yang berada di Arab.

Semoga saja Mbak Satinah bisa pulang dengan selamat...

 Rini Sulistyati


Halaman Sebelumnya


PROMOTED CONTENT

Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.

Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.

Penulis : nova.id
Editor : nova.id

KOMENTAR

Tag Popular

#wina Widodo

#eeng Wiratmaja

#athina Papadimitriou

#dhini Aminarti Hamil

#enrico Tambunan

#fibroadenoma Mammae

#tabloid Nova Terbaru

#lebaran 2024

#mudik Gratis

#tiket Mudik Gratis