Mom's Pizza and Blend Pizza Harga Mahasiswa
Karena memiliki cita-cita yang sama, empat pria asal Jakarta ini kemudian berkongsi dan membuat usaha kuliner. Dari beragam ide yang dimiliki, disepakatilah untuk membuat usaha berbasis pizza yang kemudian diberi nama Mom's. "Kami lalu berbagi tugas," ujar salah satu pendiri, Rachmad Scorpio (37).
Usaha yang dimulai sejak April 2011 ini ingin tampil beda. "Pizza pinggir jalan memang sudah ada, tapi rasa dan kualitasnya agak kurang. Pizza dengan rasa dan kualitas baik pun sudah ada, tapi harganya mahal. Kami melihat itu sebagai peluang usaha, kami hadir dengan rasa dan kualitas baik tapi harga tidak mahal," ucapnya berpromosi.
Apa yang dinyatakan Rachmad memang bukan sekadar omong kosong. Rasa pizza yang ditawarkan di sini memang sesuai dengan harga yang ditawarkan. Pizza ukuran kecil Rp 10 ribu dan besar Rp 20 ribu, sepertinya cukup dijadikan pengisi perut. Pizza meat lover dan mushroom merupakan jenis pizza yang paling sering dipesan. Dough atau adonan pizza yang digunakan tak terlalu tebal, juga tak terlalu tipis.
Adonan, saus tomat, dan topping pizza yang dibuat segar setiap hari menjadi nilai plus. Rasa pizza yang ringan dan tidak membuat enek, sangat pas ditemani dengan beragam minuman segar seperti milk shake atau ice capucino.
Sistem kemitraan, menurut Rachmad, membuat usahanya semakin berkembang. "Artinya, lebih ke arah kerjasama, berbeda dengan franchise. Investor hanya menyediakan modal, sisanya selama 5 tahun kami yang kelola dengan pembagian keuntungan 50-50. Omzet satu outlet bisa menghasilkan untung sekitar Rp 700 ribu sampai Rp 1,4 juta per bulan."
Depok sebagai kawasan penyangga ibu kota, menurut Rachmad, adalah lokasi paling strategis untuk membuat usaha kuliner. "Selain banyak kampus, banyak kompleks perumahan baru di Depok. Itu mengapa setiap bulan kami bisa membuka outlet baru."
Selain pizza, burger, spaghetti, pancake dan beragam snack, ada juga makanan penutup dan minuman yang ditawarkan. Total menunyaada 30 item dengan harga termahal Rp 12 ribu. "Kalaupun ada hambatan, paling harga produksi yang meningkat. Untungnya kami memiliki suplier yang bisa menekan harga, sehingga kenaikan harga makanan dan minuman tidak terlalu bermasalah."
Melewati jalan Margonda Raya ada pemandangan unik di sebuah toko berwarna kuning dengan tulisan, "BUBUR JAGUNG. Jangan beli nanti bisa ketagihan". Lho, kok? Tak seperti tagline usaha kuliner lain, tagline usaha ini sangat bertolak belakang dan justru membuat orang tergoda ingin mampir.
Terlihat beberapa dandang berjejer rapi dan mengeluarkan aroma mengelitik hidung. Kami pun mencari tahu lebih jauh dari mana aroma itu berasal. Saat satu per satu pelayan membuka dandang, terlihatlah beragam jenis bubur panas yang mengugah selera. Selain bubur ketan dan sagu, ada pula bubur yang belum populer, yaitu bubur jali dan bubur jagung. Ya, bubur jagung yang kental dan mengepulkan asap nan harum.
KOMENTAR