Depot Bebek Pak Qomar Rahasia Rasa & Cara Pengolahan
Jam makan siang tiba. Depot bebek Pak Qomar di Jalan Lontar 46 Surabaya dipenuhi pengunjung. Tak ada kursi kosong. Pembeli mesti rela antre berdiri untuk menunggu kursi kosong. Begitulah, pemandangan yang terlihat di siang itu. Depot yang terletak di sebelah barat Surabaya ini selalu ramai dikunjungi pembeli.
Ya, berbeda dengan warung bebek lain di Surabaya yang baru buka sore hingga malam hari, depot Pak Qomar mulai buka sekitar pukul 09.00 dan tutup sekitar 18.00. Kata Nurul Qomar (38) si empunya depot, jam buka depot ini memang disesuaikan dengan jam kerja kantoran. "Kami sejak awal memang membidik para pekerja, sehingga bukanya disesuaikan dengan jam kerja," ujar Qomar.
Dengan harga seporsi Rp 10.000, pembeli sudah mendapatkan nasi putih dan dan potongan bebek ukuran sedang. Soal cita rasa, jangan diragukan lagi. Tak perlu usaha yang terlalu berat untuk menggigit dan mengunyah potongan bebek Pak Qomar. Selain gurih, bebek Pak Qomar terkenal empuk. "Rahasianya ada bumbu jangkep dan cara pengolahannya," ujar Qomar tanpa menjelaskan lebih detail.
Menurut Qomar, cita rasa bumbu ini yang membedakan antara satu warung bebek dengan lainnya. "Untuk urusan sambal, rasanya relatif sama. Nah, untuk bumbu ini masing-masing penjual punya resep berbeda. "Nasi bebek ini sebenarnya kuncinya pada bumbu," katanya.
Usaha di Gapura Surya ini tak bertahan lama. Lapak Pak Yusuf kena gusuran. Umumnya pedagang setelah kena gusuran akan mencari lokasi baru yang tak jauh dari lokasi sebelumnya. Alasannya, takut kehilangan pelanggan. Namun, Yusuf pindah daerah di sekitar Jl. Lontar, Surabaya Barat, cukup jauh dari lokasi sebelumnya.
Rupanya, Yusuf punya strategi bisnis lain. Ia membidik Surabaya Barat karena menganggap wilayah ini akan berkembang. Apalagi saat itu sebuah perusahaan properti besar sedang gencar membangun wilayah ini. "Bapak memang punya strategi bisnis yang jitu. Saat itu sebenarnya ingin membidik pekerja proyek. Ternyata, bos-bosnya juga ikut makan di sini," ujar Qomar.
Semula Yusuf belum spesifik menjual nasi bebek. Selain bebek dan ayam goreng, ia juga menjual soto dan kari ayam. "Namanya juga belum Depot Pak Qomar," ujar Qomar yang kala itu sudah membantu ayahnya. "Saya beri nama Depot Harapan Jaya. Bapak tanya, apa maksudnya Saya jawab wis embuhlah (tak tahulah), yang penting ada namanya," kenang Qomar sambil tertawa.
Seiring waktu berjalan, banyak pelanggan yang cocok dengan cita rasa bebek goreng dan ayam goreng yang dimasak oleh Tunika (54), istri Yusuf. Yusuf pun memutuskan spesifik jualan bebek dan ayam goreng. "Hasilnya malah tambah ramai," kata Qomar yang sempat menjadi guru Matematika di salah satu madrasah aliyah di Gresik.
Semasa masih ada, ayahnya sempat meminta Qomar mengambil alih usaha. "Awalnya, saya masih berat mengajar. Kemudian bapak bilang, 'Kalau bukan kamu yang melanjutkan terus siapa?' Kata-kata Bapak selalu terngiang-ngiang. Sedikit demi sedikit saya minta pengurangan jatah mengajar. Akhirnya, saya total mengelola depot," tutur lulusan Matematika IKIP PGRI Tuban Lulusan 1997 ini.
KOMENTAR