Mereka adalah perempuan-perempuan pilihan. Selain diutamakan berpenampilan menarik, mereka juga harus mampu mengatasi ketakutan saat menghadapi binatang buas saat pertama kali berinteraksi. Selain itu mereka juga dituntut mempunyai kesabaran yang tinggi karena yang diasuh adalah binatang buas. Bagaimana lika-liku perempuan-perempuan ini menjalankan tugasnya sebagai keeper di Taman Safari Indonesia (TSI) Prigen Jatim, berikut penuturan tiga orang di antara mereka.
Aminah GO INTERNASIONAL Bersama Gajah
Siang itu saat ditemui NOVA, Aminah (29) tengah asyik mengelus-elus Lena sambil memberi makan setandan pisang seusai menjalankan tugasnya beratraksi. Jangan salah, Lena bukan manusia, namun seekor gajah sSumatera betina. Lena adalah salah satu gajah Sumatera yang menjadi artis dalam Elephant Show di Taman Safari Prigen Jawa Timur. Selain Lena, ada empat gajah lain yang menjadi artis dalam Elephant Show. Mereka adalah Bariah, Novi, Tya, dan Widy.
"Di antara lima ekor gajah untuk Elephant Show ini, Lena adalah gajah dengan karakter yang paling manja. Dia paling suka dielus-elus oleh keeper-nya," kata perempuan berparas manis ini.
Yang dikatakan Aminah bukan lah asal bunyi. Pasalnya, Aminah sudah 14 tahun bekerja sebagai keeper gajah untuk Elephant Show. Sehingga pntas jika ia sangat paham betul karakter mamalia besar yang menjadi asuhannya itu. Selama 14 tahun menjadi keeper gajah untuk Elephant Show tentunya Aminah banyak sudah makan asam garam dalam merawat gajah.
Aminah bercerita, selulus SMA ia tak pernah ia membayangkan akan ditempatkan menjadi keeper. Dalam bayangannya, saat ia melamar kerja ke TSI, akan ditempatkan di bagian administrasi atau bagian lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan satwa. "Tapi ternyata setelah lolos tes, saya langsung ditempatkan menjadi keeper di Elephant Show," ujarnya di sela-sela tugasnya.
Setiap hari Aminah tampil sekali beratraksi dengan lima ekor gajah-gajah asuhannya. Meski terbilang sudah cukup lama merawat gajah-gajah itu, Aminah mengaku belum pernah mengalami kejadian buruk selama mengasuh gajah-gajah di TSI. "Belum ada pengalaman buruk bersama gajah. Karena mereka sebenarnya hewan yang lembut," ujarnya.
Sebaliknya, justru banyak pengalaman menyenangkan yang didapat Aminah selama menjadi keeper gajah. Aminah bahkan sempat pergi ke Belgia, Jepang, dan negara-negara lain dalam rangka pertukaran satwa gajah. "Gajah-gajah Sumatera ini sudah go international, lho. Makanya keeper-nya juga ikut," ujar Aminah sambil tertawa.
Menjadi keeper binatang buas seperti harimau juga tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Thayibah (29). Saat melamar pekerjaan di Taman Safari Prigen, ia juga tak pernah menyangka akan ditempatkan di bagian yang berhubungan langsung dengan binatang buas. Pertama kali masuk sekitar 2002 lalu, Thayibah ditempatkan menjadi keeper di Elephant Show. Lima tahun menjadi keeper gajah Elephant Show, Thayibah kemudian dipindahkan menjadi keeper untuk harimau Sumatera dan harimau Benggala.
"Saya tidak mempunyai pengalaman dengan satwa sebelumnya. Hanya di rumah memelihara beberapa binatang piaraan. Dan ini tentu saja berbeda dengan merawat harimau," ujar Thayibah sambil tersenyum.
Saat ditemui di kandang harimau, Thayibah sedang mengamati tiga ekor harimau yang menjadi tanggung jawabnya. Tiga ekor harimau itu adalah dua ekor harimau Sumatera betina yang diberi nama Ema dan Ega, dan satu ekor harimau Benggala yang diberi nama Shinta. Sesekali Thayibah mengeluarkan suara-suara isyarat dari mulutnya kepada Shinta, untuk mengajak berkomunikasi. Bagi orang awam, mungkin sulit untuk menirukan suara-suara isyarat itu. "Berkomunikasi pakai suara isyarat saja. Biar dia merasa nyaman," ujar Thayibah.
Kata Thayibah, merawat satwa seperti harimau sebenarnya tak jauh berbeda dengan merawat manusia. Binatang-binatang ini juga butuh kasih sayang dari para keeper-nya. Yang membedakan, karena keeper tak bisa berkomunikasi langsung dengan binatang, maka keeper lah yang harus paham dengan kebiasaan satwanya.
Thayibah mencontohkan, jika harimau sedang birahi, maka sang keeper harus paham kondisi itu. "Kalau sedang birahi biasanya susah diajak kerja sama atau mogok diajak show. Tapi tidak sering. Dalam setahun paling cuma dua kali," ujarnya. Selain itu, dalam menangani harimau ada beberapa hal yang harus dilakukan keeper untuk menjaga keselamatan.
Di antaranya adalah jangan pernah membelakangi satwa. Karena dengan membelakangi satwa, maka sikap waspada kita akan berkurang. Karena kadang-kadang harimau suka mengajak bermain. "Manusia bukan musuh harimau. Kalau ada keeper yang sampai diterkam oleh harimau, itu karena keeper sedang lengah," ujar Thayibah.
Di dalam habitat alaminya, kata Thayibah, harimau sebenarnya tidak pernah memangsa manusia. Karena jika harimau bertemu manusia dan jaraknya memungkinkan, harimau lebih memilih untuk menghindar. Pada kasus harimau menyerang manusia, itu bila jaraknya memang benar-benar sudah terlalu dekat. Mereka menyerang karena merasa terancam.
Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah jangan pernah merebut barang yang sedang dimainkan oleh harimau, meski harimau itu sudah jinak. Karena tindakan ini dianggap sudah mengganggu kekuasaan harimau. Misalnya saja, harimau sedang asyik memainkan bola. Untuk mengambil bola itu, jangan sekali-kali langsung mengambilnya dari harimau. Melainkan melemparkan mainan lainnya untuk dikejar harimau, baru bola yang dimainkan harimau itu bisa diambil.
Amir Tejo / bersambung
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR