Keberadaan Yayasan Sabilas Salamah di Bangunsari ini pada akhirnya disyukuri juga oleh masyarakat sekitarnya, terutama keluarga kurang mampu. Misalnya saja Masfufah (44), ibu dari Endineza Farel Labib (6), siswa TK B2. Masfufah menyatakan, sangat bersykur dengan keberadaan yayasan ini. Bahkan sebelum menyekolahkan anaknya yang terakhir, ia juga sudah menyekolahkan anak pertamanya di yayasan ini.
"Fariyanti, kakaknya Farel, dulu juga alumni sekolah ini. Nah, sekarang Fariyanti malah sudah mengajar anak kelas 3 di sekolah ini," ujar Masfufah bangga.
Selain Masfufah, ada pula Handayani ibu dari Sovia Putri, siswa TK B. Handayani memilih sekolah ini selain gratis juga lokasinya dekat dengan rumahnya. Dan menurut Handayani, "Selain gratis, sekolah ini juga mengajarkan pendidikan agama yang kuat. Makanya saya lebih memilih menyekolahkan anak saya di sini."
Yayasan Sabilas Salamah kini tercatat sudah mempunyai 377 siswa untuk Madrasah Ibtidaiyah, 91 siswa untuk Taman Kanak Kanak, dan 160 siswa untuk play group. Sedangkan jumlah gurunya saat ini ada 21 orang. Kendati saat ini yayasan ini sudah relatif lebih mapan dibandingkan saat pertama kali dikelola, namun kata Abah Muchsin, tantangannya bukan berarti tambah ringan.
"Tantangan lain lebih berat lagi karena saya sudah dipercaya masyarakat mengelola lembaga pendidikan. Yaitu bagaimana bisa mengembangkan yayasan ini agar lebih besar lagi. Ini, kan, sekolah gratis. Karena gratis, jadi rebutan," ujar Abah Muchsin.
Abah Muchsin pun memberikan contoh pada saat pendaftaran siswa play group. Sebenarnya panitia sekolah hanya membatasi untuk 40 siswa saja. Atau jika memang permintaan membludak, maksimal siswa yang diterima 60 orang.
Namun pada kenyataannya, yang mendaftar bisa mencapai 160 siswa. Menghadapi banyaknya pendaftar itu, Abah Muchsin tak kuasa menolak. Akhirnya semua pendaftar diterimanya. Selanjutnya, Abah Muchsin mengaku harus memutar otak agar semua siswa itu dapat menikmati play group yang dikelolanya.
"Akhirnya 160 siswa itu saya bagi menjadi 3-4 kelas. Ada yang masuk pagi dan ada yang masuk sore. Kebetulan siswa play group, kan, hanya masuk tiga hari dalam seminggu,"papar Abah Muchsin.
Kendati keterbatasan kelas bisa disiasati, namun mau tak mau ini tetap saja menambah biaya operasional sekolah, misalnya honor untuk para guru yang perlu ditambah karena harus mengajar kelas tambahan. Inilah yang disebut Abah Muchsin sebagai tantangan. Semakin besar yayasan ini, berarti semakin besar pula dana yang harus ditanggung oleh yayasan.
Sebaliknya, Abah Muchsin tak akan merasa risau jika kelak ada anak orang berada yang mau sekolah di sini. Meski sejak awal Abah Muchsin sudah mengumumkan, sekolah gratisnya ini hanya ditujukan bagi anak-anak keluarga miskin, anak PSK, dan yatim piatu.
"Jika ada anak orang kaya yang sekolah sini, berarti orangtuanya harus siap malu, soalnya sejak awal sudah saya katakan kalau sekolah ini untuk keluarga miskin," terangnya sambil tersenyum.
Amir TEJO / bersambung
KOMENTAR