Keputusan Vita meninggalkan rumah memang tergolong nekat. Agar bisa kabur ke Sorong, ia mengaku menjual telepon selular yang dibawanya saat itu untuk membeli tiket kapal. "Aku jual HP. Enggak tahu (laku berapa), tapi pas buat tiket," ujarnya. Dengan uang itulah, Vita berangkat ke Tanjung Priok dan membeli tiket kapal laut menuju Sorong. "Ada yang nemenin. Ada ibu-ibu, dipanggilnya Emak. Aku ketemu di Jakarta juga. Dia lagi liburan, jadi sama-sama mau ke Sorong juga," beber Vita lagi.
Keterangan yang disampaikan Vita berbeda dengan kronologis yang didapat polisi saat penyidikan. Menurut AKBP Herry Heryawan, Kepala Subdit Resmob Polda Metro Jaya, Vita pergi ke Sorong dengan bantuan suami Maya dan Muryati, pembantu Maya. Ketiganya janjian bertemu di Tanjung Priok dan berangkat bersama-sama ke Sorong menggunakan kapal Pelni Gunung Dempo. "Vita naik kapal kelas ekonomi. Ia berada di dalam kapal selama lima hari," ujar Herry. Sesampainya di Sorong, Vita tinggal bersama sanak keluarga Maya di Perumahan Pemda. Kelurahan Aimas, KM 24, Sorong. "Kami menemui Vita di alamat tersebut hari Rabu pukul 20.00 WIT."
Yang kini masih menjadi pertanyaan, siapakah Maya, perempuan yang dipanggil Vita dengan sebutan Bunda Maya dan diaku sebagai orangtua angkatnya? Maya yang tinggal di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, ini memang sudah beberapa kali menjadi tempat tujuan Vita jika ingin pergi beberapa hari dari rumah.
Oleh Vita, Maya disebut sebagai penolong karena mau menyediakan rumah dan menyekolahkan dia di Sorong. Kepada pewarta yang menemuinya di Polda, Maya mengaku tak tahu-menahu Vita pergi ke Sorong. Ia baru tahu Vita menuju Sorong ketika Vita berada di perjalanan. "Saat Vita di perjalanan, dia telepon saya pakai ponsel orang lain yang sama-sama berada di kapal," sebut Maya. Setelah itu, aku Maya, dia baru mendapat kabar lagi ketika Vita sampai di rumah. "Saya tahu dia sudah sampai sana (Sorong). Yang penting dia selamat dan dia sehat. Mama mantu saya menjaganya dengan baik, jadi saya tenang di sini," ujar Maya.
Awalnya, kata Maya, ia kaget mendengar keputusan Vita untuk pergi dari rumah dan menjauh dari keluarganya. "Saya takut nanti ada apa-apa, malah jadi masalah," ucapnya. Ia pun merasa dihadapkan pada pilihan yang sulit saat Vita kemudian memintanya untuk merahasiakan keberadaannya. "Atas permintaan anaknya sendiri. Dia enggak mau ketahuan siapa-siapa. Saya juga serba salah karena anaknya (Vita, Red.) bilang, 'Kalau ada yang lapor, ada yang tahu, lebih baik saya mati,' katanya. Makanya, saya sayang sama dia tapi saya juga takut," tukas Maya sembari melirik ke Vita.
Saat berlangsungnya pertemuan di Polda tersebut, Vita memang tak henti-hentinya menggelayut ke Maya. Ketika duduk pun, Vita memilih kursi yang dekat dengan Maya dibanding ibu kandungnya. Ketika ditanya kepada Lili, seperti apa hubungan Vita dengan Maya, Lili menjawab dengan gusar. "Bukan. Bukan ibu angkatnya. Bukan siapa-siapa kami. Enggak ada hubungan apa-apa!" tukas Lili.
Di "rumah" barunya, setelah Senin (30/1) Vita diserahkan oleh Polda Metro Jaya ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), "Kondisi Vita lumayan bagus, sudah mau diajak bicara dan mau menyampaikan keinginannya," ujar M. Ihsan, M. Si, Sekertaris KPAI (Jumat,3/2).
Ihsan menilai, apa yang dialami Vita adalah sesuatu yang wajar dialami kaum remaja. "Anak usia 13 tahun, kan, biasanya labil. Ketika anak mulai miskomunikasi, biasanya dia akan diam di rumah, ngambek, atau dia kabur. Jadi, kenapa Vita kabur ke Ibu Maya, karena enam tahun sebelumnya dia memang sering tinggal dan tidur di rumah Ibu Maya. Jadi, dia lari ke sana."
Perihal tindakan Maya yang membantu Vita untuk menghindar dari orangtuanya, Ihsan justru memberi pandangan yang berbeda. "Saya bersyukur dapatnya Ibu Maya. Kalau dia (Vita) dapat tempatnya klab malam atau kolong jembatan, anak itu enggak akan seperti ini. Kita juga harus menghargai Vita lari ke rumah orang yang mau mengarahkan dan menampung dia. Kami anggap ini sebagai sebuah penyelamatan yang sangat membantu pada anak yang sedang labil."
Setelah dihubungkan kepada orangtuanya via telepon (Rabu,1/2), kepada KPAI dan orangtuanya, Vita kembali menyampaikan keinginannya melanjutkan sekolahnya yang terhenti sejak tahun 2009. "Dia bilang mau sekolah, mau pintar dan jadi orang sukses. Saya tanya, 'Mau syuting, enggak?' Katanya enggak mau dulu. Dia merasa, ketinggalan sekolah merupakan kerugian baginya. Jadi, kayaknya dia mau fokus sekolah dulu, enggak mau syuting dan enggak mau iklan. Dia pengin sekolah dulu," ungkap Ihsan.
Mengenai permintaan Vita untuk menjalani tes DNA terhadap orang tuanya, Ihsan menilai, masalah itu bukanlah perhatian utama KPAI. "Itu cuma terbawa arus saja karena banyak orang yang mengompori. Hal yang menjadi prioritas dan tugas utama kami adalah bagaimana mengembalikan anak ini ke orangtuanya. Kalau itu (tes DNA), hak orang tua dan anaknya. KPAI tidak punya hak menyinggung masalah itu. Itu hanya akibat dari adanya konflik, jadi merembet ke mana-mana."
Saat berita ini ditulis, baik keluarga Vita maupun Maya tengah berduka karena ada kerabat dekat mereka yang meninggal. Sehubungan dengan kondisi ini, Vita batal dipertemukan dengan orangtuanya secara langsung yang sedianya berlangsung Kamis (2/2). "Senin depan mereka akan dipertemukan."
Sukrisna, Renty Hutahaean
KOMENTAR