Jika ia menyibak rambutnya, akan terlihat luka yang masih basah. Kondisi Teguh memang belum pulih benar seusai kecelakaan maut itu. Tapi, katanya, "Situasi ini justru memaksa saya harus kuat menghadapi cobaan yang begitu berat. Walau kepala saya sebenarnya masih suka pusing tapi tidak saya rasakan."
Teguh memang dipaksa untuk tegar dan berhati teguh. "Saya harus menjaga istri agar dia jangan terhanyut dalam duka. Biar cepat pulih," kata Teguh. Meski kondisi Siti sudah mulai membaik pasca serangkaian operasi yang dilakukan tim dokter, Senin (24/1), tapi Siti yang mengalami patah pada tungkai kaki dan tangan kanan ini masih harus menjalani perawatan instensif di ruang ICU. Apalagi limpanya juga terluka.
Teguh hanya ingin istrinya segera sehat agar bisa pulang ke Jepara. Ia ingin melupakan tragedi "Minggu pilu" itu. "Soal bagaimana proses hukum kasus ini, saya serahkan ke polisi."
Gelap Lalu...
Apa yang sebenarnya sedang dilakukan keluarga kecil Teguh di Jakarta pada Minggu (22/1) pagi itu? "Anak dan istri saya ingin lihat Monas. Selama ini kami, kan, hanya lihat di teve," cerita Teguh. Bersama buah hatinya, Yusuf Sigit Prasetyo (2,5), ibunya Suyatmi (51), adiknya Pipit Alfia Fitriasih (18), dan bibinya Nani Riyanti (25), Teguh berjalan kaki menuju Monas menyusuri trotoar.
"Kami jalan berdua-berdua. Saya dan Pipit di depan, Ibu dan Siti di belakang kami, dan Bulik Nani paling belakang. Siti sambil mengendong Yusuf, anak kami." Setelah menyeberang Patung Tani, Teguh dan keluarganya kembali menyusuri trotoar di Jl. MI Ridwan Rais. Baru beberapa langkah, tepatnya di depan Gedung Kementrian Perdagangan, ia melihat pemandangan mengerikan. Serombongan anak-anak ditabrak mobil dari belakang. "Tapi secepat kilat, mobil itu juga menerjang kami. Saya sempat terlempar karena terhantam tubuh salah satu korban yang melayang. Pett... dunia jadi gelap. Saya pingsan."
Ketika sadar, ia mendengar jerit tangis mewarnai lokasi kejadian. "Yang pertama saya raih adalah Yusuf. Saya lihat dia masih bernapas. Sambil membopong Yusuf, saya memeriksa satu-satu keluarga saya yang sudah bergelimpangan. Istri saya masih bernapas, denyut nadinya masih terasa." Tapi begitu Teguh memeriksa ibu, adik, dan bibinya, "Kata orang-orang, sudah meninggal."
Saat itu, lanjutnya, Teguh ingin secepatnya membawa istri dan anaknya ke RS. Tapi apa mau dikata, ia tak tahu harus ke mana. Di tengah kebingungan mencari tumpangan, datang sebuah mobil terbuka mengangkut Teguh, Siti, dan anaknya ke RSAD Gatot Subroto.
Sepanjang perjalanan Teguh juga masih melihat napas anaknya. "Badannya juga masih hangat. Makanya saya berusaha memberinya susu tapi malah tersedak." Tuhan berkehendak lain. Ketika tiba di UGD, nyawa Yusuf diambil-Nya. "Saya ingin menjerit sejadi-jadinya begitu tahu anak saya juga meninggal. Tapi saya bisa menahan karena melihat istri saya."
Tak ada firasat atau mimpi buruk yang dialami Teguh hingga ia harus mengalami kejadian pilu ini. "Sangat berat harus menghadapi peristiwa begini, tapi saya harus mengikhlaskan. Sebenarnya hati kecil saya masih berat harus berpisah dengan mereka. Terlebih dengan Yusuf." Tiba-tiba mata Teguh berkaca-kaca. "Dia sangat lucu, tidak nakal, makanya banyak yang sayang sama dia. Tapi... Sudahlah, ini memang garis kehidupan yang harus kami lalui. Yang penting istri saya segera sehat."
KOMENTAR