Menurut Kepala Sub Direktorat Cyber Crime, Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Whisnu Hermawan, modus penipuan seperti di atas memang yang paling marak dan menduduki peringkat tertinggi kejahatan cyber.
Cara kerja kelompok ini, kata Whisnu, dengan menyebar SMS bersamaan. Setelah itu, si pelaku ongkang kaki dan menunggu, "Siapa tahu ada yang tertipu," ujar Whisnu. Tiap-tiap anggota kelompok juga punya tugas masing-masing. Ada yang menyebar SMS, mengambil atau mentransfer uang penipuan, dan lainnya. "Tiap kelompok juga punya puluhan SIM card, buku tabungan, serta KTP aspal."
Meski menangkap gerombolan penjahat cyber ini tak mudah, Whisnu beserta timnya sudah berhasil menggulung salah satu mafia penipuan semacam ini. Yang membuat polisi terbelalak, meski sehari bisa berhasil menipu ratusan juta rupiah, namun tempat operasi kelompok ini hanyalah gubuk-gubuk di kawasan Pinrang, Sulsel. "Enggak menyangka bila dari tempat itu, mereka mengendalikan kejahatan penipuan," tukas Whisnu.
Modus ini, kata Whisnu lagi, bisa hilang sendiri jika pemerintah dan pihak swasta punya sistem adiministrasi yang rapi. "Sekarang satu orang bisa punya banyak KTP, regristrasi kartu telepon perdana juga gampang diakali. Mudah-mudahan pemberlakuan KTP Online dan PIN tiap warga bisa mengurangi, bahkan tak ada celah lagi untuk penipuan semacam ini."
Kasus penipuan, lanjut Whisnu, memang masih menduduki peringkat pertama kejahatan cyber disusul kasus pencemaran nama baik. Penipuan saat ini lebih banyak lewat SMS, tapi juga banyak juga yang lewat jejaring sosial seperti FB. "Modusnya, sih, pura-pura jual barang. Ternyata setelah uang ditransfer, barang tak pernah dikirim. Makanya waspada kalau ada tawaran barang yang jauh di bawah harga pasar. Bisa dipastikan itu penipuan."
Penipuan lewat ponsel tak hanya sekadar contoh di atas. Lewat telepon pula Wenny nyaris ditipu mentah-mentah oleh seseorang yang mengaku berasal dari sebuah lembaga terhormat dan sering memberikan penghargaan ke para pengusaha kecil dan menengah. Beberapa waktu lalu, pembuat kue ini ditelepon seseorang yang menjelaskan ia akan mendapatkan penghargaan sebagai pengusaha muda.
Untuk detailnya, sang penelepon akan mengirimkan faks kepada Wenny. "Tapi saya tunggu, tak ada faks yang masuk. Besoknya orang itu menelepon lagi, menanyakan soal isi faks itu. Ya, saya bilang saja tak terima. Dia lalu berjanji akan mengirim email."
Sang penipu juga bertanya, apakah Wenny akan datang ke acara penghargaan tersebut. Ketika Wenny mengkonfirmasi akan datang bersama sang suami, si penipu langsung berkata ia dikenai biaya sebesar Rp 5 juta. "Saya kaget sekali. Masak untuk mendapatkan penghargaan harus membayar? Saya langsung bilang akan tanya suami dulu."
Sadar bahwa penelpon tersebut bermodus tipu-tipu, Wenny pun kapok menanggapi. "Lebih baik uang segitu saya pakai untuk investasi usaha," sebutnya. Ya, modus penipuan memang bermacam-macam. Dari yang model klasik minta pulsa hingga soal penganugerahan penghargaan. Maka, waspadalah!
Sukrisna
KOMENTAR