Dari Dusun Gunting, Desa Gilangharjo, Pandak, Bantul (Yogyakarta), Tumilan (33), perajin batik tulis, cap, dan kombinasi, sudah bersiap mengantisipasi ledakan permintaan batik berlogo klub sepak bola kelas dunia menjelang liga champion. Ia tak ingin seperti pada event Piala Dunia 2010 lalu, ia keteteran memenuhi permintaan.
Saat itu, cerita Tumilan, kemeja batik cap dan airbrush bermotif bola yang diproduksinya tak sebanding dengan banyaknya permintaan pasar. "Saya cuma bikin 30 potong, sementara permintaan lebih dari 500 potong. Akhirnya baru saya penuhi setelah Piala Dunia selesai," terang sarjana Hukum lulusan Janabarda, Yogyakarta itu.
Kini Tumilan tengah sibuk memproduksi lembaran kain batik tulis bernuansa oranye untuk memenuhi kebutuhan tren warna 2012. Selepas itu, ia akan segera memproduksi batik-batik cap dan airbrush bermotif tradisional yang akan disandingkan dengan logo klub sepak bola dunia.
Motif batik tradisional yang akan disandingkan dengan logo klub bola akan ia desain sendiri. Nuansa warna-warna klub bola yang tak ada pada warna motif tradisional bisa ia atasi dengan warna-warna airbrush.
Nah, sebelum kehabisan, sebaiknya pesan saja dulu. "Per potong sekitar Rp 350 ribu karena pakai kain katun kualitas terbaik," terang Tumilan yang mulai membatik sejak 2004.
Dari karyawan bank swasta, Achmad Jani Subchan Maliki (36), yang akrab disapa Ajanis Maliki, banting setir menjadi pengusaha batik di tahun 2009. Pemilik Berbatique ini mengawali segalanya dari keisengannya menempelkan kertas kado batik pada kerah polo shirtnya. "Ternyata hasilnya bagus dan akhirnya ingin memproduksi sendiri," kata Maliki.
Produk pertama Berbatique yang rilis Juni 2009 pun langsung laku keras dan jadi unggulan. Apalagi, keuntungan yang diperoleh bisa berjumlah empat kali lipat dari gajinya. Tanpa ragu Maliki memutuskan berhenti kerja.
Momen Piala Dunia 2010 lalu tak disia-siakannya untuk membuat batik bola. Tak heran, Maliki dikenal sebagai pelopor batik bola dan pionir mempopulerkan motif bola yang diaplikasikan pada batik. Respons pasar ternyata di luar perkiraannya. "Saya langsung kebanjiran order sampai memproduksi 10-20 kali lipat," kisah Maliki senang
Soal modal, diakui Maliki, tak terlalu besar karena semua dikerjakan sendiri. "Tak kurang dari Rp 100 juta tapi keuntungannya bisa 100 persen," ujar Maliki yang memiliki website www.berbatique.com dan jejaring sosial Facebook dengan nama akun Berbatique Jakarta dan Batik Bola.
Khusus batik bola, Maliki memilih harga terjangkau mulai Rp 50 ribu. Sedangkan untuk polo shirt batik dijual mulai Rp 120 ribu. "Batik cap Pekalongan Belanda, hingga Hong Kong.
Belakangan, ceritanya, "Saya ditawari manajemen Klub Sriwijaya FC membuat desain batik. Saya tak ingin hanya memproduksi timnas negara-negara seperti Belanda, Argentina, atau klub besar dunia seperti MU, Barca, Chelsea, tapi juga semua klub bola Indonesia."
Rini Sulistyati, Swita A Hapsari
KOMENTAR