Pantai Tanjung Papuma, Kisah Batu Berpindah & Kera
Wisata pantai yang terkenal memiliki panorama amat memukau di kawasan Jember adalah Pantai Tanjung Papuma. Nama papuma merupakan singkatan dari pasir putih malikan. Lokasi pantai ini tak begitu jauh dari wisata pantai lain yang ada di Jember, yaitu Pantai Watu Ulo.
Namun, Tanjung Papuma memiliki pasir yang sangat putih, berlawanan dengan Pantai Watu Ulo. Sedangkan kata "malikan" berasal dari istilah batu yang dapat berpindah-pindah (Jawa: molak-malik atau bolak-balik) terdapat di salah satu kawasan pantai ini.
Pantai yang pengelolaannya di bawah PTPN X Jember ini juga merupakan kawasan hutan lindung yang menjadi habitat kera. Jadi, jangan heran bila di sepanjang jalan yang mengelilingi pantai Anda bisa bertemu sekawanan kera yang tak takut mendekati pengunjung. Kera-kera ini terbiasa hidup berdampingan dengan manusia.
Yang tak kalah menarik, di musim nelayan berlayar, di pagi hari hingga menjelang siang ada pelelangan ikan. Anda bisa melihat hasil tangkapan nelayan Payangan seperti ikan layur kecil. Siti Khosinah, salah seorang pengkulak ikan menuturkan, ikan-ikan dibelinya seharga Rp 20 ribu per keranjang. Kemudian ikan itu akan dibawa ke luar daerah bahkan hingga ke Surabaya.
Untuk mencapai kawasan ini, Anda bisa menggunakan angkutan umum maupun carteran. Berangkat dari terminal Tawang Alun bisa menggunakan colt atau ojek dengan estimasi biaya Rp 65 ribu sekali perjalanan. Atau menyewa ojek sekitar Rp 180 ribu pulang-pergi. Tambahkan ekstra uang sebesar Rp 50 ribu untuk berkeliling kawasan.
Di Pantai Tanjung Papuma, ombaknya tak terlalu besar seperti di Pantai Watu Ulo. Kondisi ini dimanfaatkan nelayan untuk menyandarkan kapal di Pantai Tanjung Papuma. Kapal-kapal ini juga disewakan untuk menuju obyek wisata lain seperti Nusa Barong. Harga sewa kapal ini tak murah, mengingat ombak dan juga jarak. Untuk kapal berkapasitas maksimum 15 bisa dipatok sekitar Rp 2 juta sehari. Sedangkan kapal kecil kapasitas 4 orang, sekitar Rp 500 ribu sehari. Namun, harga tadi bisa ditawar langsung ke pemilik kapalnya.
Nilai tambah lain yang dimiliki pantai ini, tersedianya sekitar 23 unit penginapan. Penginapan yang juga dikelola PTPN X ini tarifnya mulai Rp 125-400 ribu. Selain itu, di salah satu area juga terdapat jajaran warung makan yang menjajakan menu aneka ikan bakar. Melihat pengelolaan yang lebih profesional, kawasan wisata ini juga kerap dikunjungi wisatawan asing, seperti dari Australia, Iran, Jepang, Perancis, Belanda, dan Inggris.
Alkisah, pada zaman dahulu ada seorang pria bernama Raden Mursodo, yang sebenarnya putra angkat Kanjeng Nyai Roro Kidul. Raden Mursodo kemudian dipelihara pasangan rakyat jelata. Suatu saat, Raden Mursodo memancing di laut dan beruntung mendapatkan Raja Mina (rojo mino) yang merupakan rajanya ikan laut. Namun, dengan suatu perjanjian, Raja Mina akhirnya dilepas.
Di lain waktu, Raden Mursodo memancing lagi di laut, sayangnya bukan ikan yang terkail melainkan seekor ular besar. Raden Marsudo menagih perjanjiannya dengan Raja Mina. Raja Mina pun mengabulkan permintaan Raden Mursodo agar menang melawan sang ular.
Ular itu disabet dengan pancingan dan terpisah menjadi tiga bagian (kepala, badan, dan ekor). Lalu dengan tendangan kaki kanannya, kepala sang ular terlempar ke Grajagan (Banyuwangi). Lalu oleh tendangan kaki kirinya, ekor sang ular terlempar hingga ke Puger (Jember). Sedangkan badannya tetap di wilayah Ambulu menjadi hamparan batu bersisik di bibir pantai, yang kini dikenal dengan Watu Ulo.
Kisah ini dituturkan oleh Atim (87) sang juru kunci Pantai Watu Ulo yang sudah lama berdiam di bibir pantai eksotis ini sejak kecil. Legenda dan bukti nyata dari batu bersisik inilah yang menjadi obyek utama Pantai Watu Ulo. Sisanya, hanya hamparan pasir berwarna hitam juga ombak yang besar bergulung-gulung hingga ke bibir pantai.
Pantai yang terletak sekitar 27 km dari pusat kota (tepatnya dari perempatan Mangli, Jember) ini, dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar 1 jam. Jika ingin mencapai lokasi dengan kendaraan umum, Anda bisa mulai dari Terminal Tawang Alun Jember menggunakan colt jurusan Puger dengan ongkos Rp 15 ribu. Setelah mencapai perempatan menuju Ambulu, Anda bisa menyambung dengan ojek sekitar Rp 50 ribu. Bisa pula menyewa ojek langsung dari Tawang Alun dengan perjanjian untuk perjalanan PP sekitar Rp 180 ribu, atau Rp 100 ribu untuk sekali berangkat saja.
Sangat disarankan menuju pantai ini menggunakan kendaraan carteran atau pribadi saja, mengingat sarana transportasi ke lokasi pantai tak banyak pilihan. Sedangkan untuk ongkos masuk ke dalam kawasan pantai tidak mahal, cukup merogoh kocek sekitar Rp 5.500 per kepala, yang merupakan sumbangan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember dan PMI.
Pengunjung pantai ini sebagian besar adalah warga sekitar yang ingin menikmati suasana pantai. Namun terkadang juga ada beberapa wisatawan domestik dari daerah lain hingga wisatawan asing dari Singapura yang sering tampak mengunjungi. Biasanya, pantai ini sangat ramai di setiap hari libur dan akhir minggu. Sayangnya, selain menawarkan pesona panorama pantainya yang cantik, di pantai ini tidak didukung prasarana rekreasi lain. Di hari-hari biasa bahkan tidak ada warung makan yang buka untuk melayani pengunjung.
Laili Damayanti / bersambung
KOMENTAR