Karena pembelinya makin banyak, aku memperluas warungku dengan membeli tanah di sebelahnya. Malah, sekarang mampu memuat belasan meja. Belakangan, aku memperluas lagi warungku hingga mampu memuat puluhan meja. Tak jarang pula ikan bakarku dipesan orang dari luar kota, biasanya untuk acara arisan atau seminar. Demi kepuasan pelanggan, aku rela setiap malam berbelanja ikan setelah warung tutup. Aku memesan ikan lewat telepon ke pemasok langgananku baru tahun lalu.
Aku memang butuh waktu lama untuk akhirnya bisa memercayakan belanja ikan ini pada penjualnya langsung. Lantaran sudah lama berlangganan, aku tak perlu khawatir kekurangan pasokan ikan meski pada musim-musim sepi seperti musim angin barat. Berbagai macam ukuran dan jenis ratusan kilogram ikan ini didatangkan dari berbagai daerah, antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan.
Meski usahaku sejak awal meningkat pesat, aku tak mau sombong. Aku selalu berpesan pada istriku, ini adalah amanah dari Tuhan. Aku juga mengajaknya membantu orang-orang yang hidupnya sangat susah, sama sepertiku dulu, tapi mau bekerja. Aku tak ingin apa yang kualami dulu terjadi pada orang lain. Itu sebabnya banyak karyawanku yang berasal dari kalangan susah. Mereka kusediakan tempat tinggal, makan juga kutanggung, termasuk untuk anak dan istri yang ikut tinggal. Mau makan ikan sekenyangnya juga boleh. Jadi gaji mereka utuh dan bisa dikirim ke keluarga di kampung.
Kalau ada karyawan sakit, biayanya juga kutanggung. Sebab kalau mereka sakit, warungku juga yang kena imbasnya. Kini, karyawan tetapku berjumlah sekitar 22 orang. Malah, ada yang ikut denganku sejak masih bergaji Rp 90 ribu sampai sekarang gajinya sudah Rp 1,2 juta, lho. Aku senang, hubunganku dengan para karyawan sangat kekeluargaan, bedaku dengan mereka hanya pada siapa yang menggaji dan digaji.
Aku sendiri kini bisa hidup mapan. Anak ketigaku, Nur Hayati Nabila lahir tahun 2003, saat kami sudah menuai sukses. Selain belasan motor dan rumah berlahan luas yang kumiliki, aku akhirnya berhasil membahagiakan ibuku di kampung. Tak hanya itu. Aku juga selalu mencoba bisnis baru. Yang sekarang juga kutekuni adalah bisnis tokek. Ada ratusan tokek di rumahku. Aku sayang pada mereka semua, karenanya tiap hari aku menyuapi mereka makan. Kini, aku juga tengah merencanakan usaha baru. Tunggu saja!
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR