Katering Karunia Ibu Sayid Kepercayaan Keluarga Keraton
Karunia Katering Ibu Sayid sudah menjadi langganan keluarga Keraton Yogyakarta sejak zaman Sultan HB IX, ketika punya hajat mantu maupun menjamu tamu negara yang datang ke keraton. Katering ini juga menjadi langganan Istana Gedung Agung Yogyakarta bila Presiden RI singgah di Jogja. Pada pernikahan GKR. Bendara dan KPH. Yudanegara, Karunia Catering Ibu Sayid kembali dipercaya menangani hidangan untuk pesta tanggal 17 dan 18 Oktober (berita telah diulas di NOVA edisi 1233, halaman JATENG & DIY, 10-16 Oktober 2011).
Karunia Katering Ibu Sayid memang dikenal sebagai katering yang memiliki pasar kelas atas di wilayah Jogja dan sekitarnya. Menurut Komisaris Karunia Katering Ibu Sayid, Ir.Krisniantara WP, kunci suksesnya bukan saja terletak pada target pasarnya, melainkan, "Kami konsisten menjaga kualitas produk dengan cara memilih bahan baku berkualitas nomor satu. Mulai dari pemilihan bumbu, hingga sayur, daging, dan beras. Dari bahan baku berkualitas inilah awal terciptanya hidangan yang berkualitas pula."
Demi menjaga kepercayaan yang telah diberikan klien, lanjut Kris, pihaknya senantiasa berusaha memberi yang terbaik, sesuai harapan pelanggan. Yang tak kalah penting, Kris menambahkan, kejujuran dalam soal memenuhi jumlah pesanan hidangan. "Sampai saat ini, jumlah hidangan yang dipesan pelanggan tak pernah kekurangan."
Dan soal penyajian serta pengemasan yang sesuai tata cara penyajian hidangan tradisional juga amat diperhatikan, tanpa melupakan unsur kepraktisan sehingga semakin menjadikan hidangan terasa begitu istimewa dan eksklusif. "Dengan kata lain katering kami mengedepankan makanan yang halal dan toyib. Karenanya, kami sangat ketat soal kontrol kualitas hidangan kami."
Sejak tahun 1970-an, Karunia Katering Ibu Sayid telah menangani katering untuk para dosen UGM. Dalam perkembangannya, nama Ibu Sayid dianggap sebagai jaminan mutu soal kelezatan hidangan di acara jamuan atau pesta-pesta yang diadakan di Jogja dan sekitarnya. "Katering milik ibu mertua saya ini dikenal sebagai usaha katering yang punya cita rasa blended dan original. Kelebihan cita rasa inilah yang jarang ditemui pada katering lain," tutur Kris.
Setelah Ibu Sayid tiada pada tahun 2001, Kris yang bekerja di BRI Kanwil Bandung, memberikan sumbangan pemikirannya kepada Pak Sayid, ayah mertuanya, untuk mengembangkan usaha katering agar lebih profesional. Hasil pemikirannya disetujui. Maka pada 2003 logo perusahaan pun berubah menjadi seperti yang sekarang ini.
Pada Mei 2007, katering ini sudah memiliki kantor megah di Jl. Kaliurang KM 5. Putri sulung Ibu Sayid, Ny. Any, yang merupakan istri Kris menjabat sebagai kepala chef Katering Karunia. Posisi General Manajer dijabat Oni, sang adik. Sementara Pak Sayid sendiri berada di jajaran Dewan Direksi. "Saya jadi komisaris sejak 2002. Nama Ibu Sayid tetap melekat di nama katering Karunia," jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Taekwondo Provinsi DIY.
Perias, perancang kebaya, dan pemilik salon ternama di Jogja, Budi Susanto (50), menyediakan tiga helai kebaya rancangannya yang dikenakan Jeng Reni pada rangkaian upacara adat menjelang pernikahannya dengan KPH. Yudanegara. Tiga kebaya istimewa itu, menurut Budi, sudah ia siapkan sejak tiga bulan sebelumnya.
"Di keraton, kan, sudah ada pakem-nya, ya, ada baju tangkepan dan kebaya Kartini. Jadi tugas saya adalah membuat kebaya yang berdasarkan pakem itu jadi terkesan lebih glamor dan elegan," terangnya seraya memperlihatkan kebaya warna bronze bersemu copper berbahan brokat Prancis karyanya. Untuk memberi kesan mewah, kebaya tadi diaplikasi payet-payet berukuran mungil dan halus. Kebaya ini dikenakan Jeng Reni saat Midodareni. Sedangkan kebaya berwarna hijau dipakai sebelum acara Siraman, dan kebaya warna emas muda sebagai busana pengganti setelah ritual pembersihan dan pensucian diri calon pengantin selesai.
Sebagai perias pribadi keluarga keraton, Budi mengawali kisah kedekatannya dengan keluarga keraton pada saat ia menggelar HUT ke-12 Salon Budi Susanto di Hotel Ambarukmo, yang dihadiri Sri Sultan Hamengkubuwono X beserta GKR. Hemas. "Beberapa bulan kemudian, saya dipercaya untuk menata rambut Kanjeng Ratu. Sampai sekarang," ungkapnya. Sejak 1993, hampir setiap hari ia datang ke Keraton Kilen untuk merias keluarga keraton. Terutama saat Ratu Hemas masih banyak tinggal di Jogja.
Untuk menyempurnakan skill tata riasnya, sejak 7 tahun lalu Budi mulai merambah dunia mode. Ia khusus merancang busana atau kebaya pengantin modifikasi. Tak hanya kebaya Jawa, tapi juga pakaian tradisional daerah lain. Kebaya-kebaya rancangannya pernah pula dipamerkan melalui event tahunan "Jogja Fashion Week" yang digelar di Pagelaran Keraton.
Dan, kreasi rancangannya tahun ini tercurah pada kebaya-kebaya yang dikenakan GKR. Bendara di hari istimewanya. Selain itu, seluruh kakak perempuan Jeng Reni juga mengenakan kebaya Budi, baik untuk acara Panggih maupun resepsi. Mendapat kepercayaan selama bertahun-tahun dari keluarga keraton, tentu saja membuat Budi berusaha untuk selalu memberi hasil yang terbaik dan maksimal.
Baginya, memenuhi kewajiban haruslah dengan penuh tanggung jawab dan total. "Pertama, tentu bangga karena dipercaya keluarga keraton. Kedua, menangani busana untuk putri-putri keraton tentu juga membanggakan, apalagi ini untuk acara wedding yang seumur hidup cuma sekali. Jadi saya sangat berhati-hati, jangan sampai ada yang kurang berkenan."
Rini, Tika / bersambung
KOMENTAR