Meski masih banyak pemudik yang mengirimkan motor, Apriyanto (29) alias Kinoy, staf marketing jasa pengiriman barang Toto Express di Stasiun KA Manggarai menyebutkan, presentasi kiriman motor menurun setelah Perumka mengeluarkan kebijakan paket pemudik dan motor di satu gerbong. "Kami belum tahu, apakah tahun ini Perumka masih memberlakukan kebijakan paket ini atau tidak."
Padahal, Toto tak membedakan biaya kirim saat di hari biasa dan Lebaran. "Sama saja. Untuk motor jenis bebek, biayanya Rp 350 ribu, sedangkan sepeda motor lelaki Rp 425 ribu. Memang beda karena berat dan ukurannya juga beda." Menariknya, lanjut Kinoy, "Kami punya pengawal barang. Biasanya, sih, dua orang. Harus ada yang mengawal untuk menjamin barang sampai di tempat tujuan dengan aman. Kami takut hilang kalau tidak diawasi dan dijaga," kata Kinoy.
Pengawalan ketat terhadap barang juga diberlakukan oleh Karya Indah Buana (KIB) Cepat. Perusahaan yang baru delapan bulan berdiri ini melayani barang dengan tujuan seluruh kota di Pulau Jawa yang memiliki stasiun KA. Pada setiap keberangkatan, ada tiga orang yang mengawal barang di gerbong sehingga barang dijamin aman. Untuk motor, spion sengaja dicopot dan dibungkus tersendiri. "Kalau tidak dicopot, ketika kereta bergoyang bisa menyenggol motor di sebelahnya. Akibatnya, motor bisa jatuh," ujar Rudi, Kepala Perwakilan KIB Cepat cabang Stasiun Kota.
Salah satu pemudik yang memanfaatkan jasa perusahaan angkutan barang adalah Artha Ariadina (38). Perempuan berkacamata ini biasanya mengirim satu kardus besar yang mayoritas berisi baju kedua anaknya. "Ada juga baju saya dan suami, tapi tidak banyak. Sengaja saya kirim lebih dulu ke Jogja supaya mudiknya nyaman, enggak repot membawa barang banyak," terang Dina.
Dina biasanya mengirim barang seminggu sebelum Lebaran. Setelah Lebaran, barang-barang kembali dipaketkan ke Jakarta. "Malah biasanya lebih banyak lagi karena ditambah oleh-oleh. Oh ya, kalau bawa makanan yang gampang hancur seperti rempeyek, lebih aman dimasukkan ke dalam blek (kaleng kerupuk)," imbuh Dina yang selalu memilih armada yang bisa dipercaya. "Yang juga penting, bila tidak ada orang di alamat rumah tujuan ketika barang diantar, kita tidak perlu mengambilnya karena akan diantarkan lagi."
Repot di kala mudik karena harus membawa dua anak juga dirasakan Yoana. Itu sebabnya, tak hanya saat Lebaran, tiap mudik ke Jogja Yoana selalu mengirim baju-baju dan mainan kesukaan kedua anaknya lebih dulu. "Kalau ada oleh-oleh yang bukan makanan, sekalian dikirim juga. Minimal dua kardus yang besarnya sedang. Saya kirim seminggu sebelum Lebaran, jadi ketika kami tiba, barang sudah sampai," ujarnya.
Sementara pulangnya, barang yang dikirim lebih sedikit dan dikirim 1-2 minggu setelah Yoana kembali ke Jakarta. Ini juga berlaku ketika dia pindah mengikuti suaminya yang bertugas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. "Lebih praktis seperti itu, jadi ketika mudik cukup membawa tas tenteng dan tas berisi kebutuhan anak-anak selama di perjalanan."
Henry Ismono, Hasuna Daylailatu
KOMENTAR