Arisan Berry Tak Sekadar Kopdar
Inilah kumpulan perempuan pemilik perangkat BlackBerry. Awalnya, mereka bagian dari komunitas Indonesia Blackberry (IDBB) Surabaya. Namun, karena ada kesamaan kepentingan, mereka akhirnya mendirikan ArisanBerry. Meski sudah punya komunitas sendiri, komunitas ini masih berafiliasi ke komunitas induknya.
Awalnya, komunitas yang terbentuk pada 16 Oktober 2008 ini anggotanya hanya enam orang saja. Mereka lalu membuat milis ArisanBerry. Di milis ini, mereka bisa ngobrol apa saja, termasuk hal pribadi menyangkut soal kewanitaan. "Misalnya, saat sanggota ingin tanya, kenapa mensnya tiba-tiba tidak teratur, mana berani dia posting di milis umum yang anggotanya kebanyakan laki-laki. Makanya, terbentuklah milis ArisanBerry yang mewadahi konunitas perempuan pemakai BlackBerry," papar Yosa Yolanda, ibu rumah tangga yang didapuk sebagai moderator milis ini.
Mungkin karena merasa aman dan nyaman bicara soal perempuan, anggota pun makin berkembang. Dari mahasiswa, pekerja kantoran, hingga ibu rumah tangga. Saat ini, sudah ada ratusan anggota yang bergabung di komunitas ini. "Bisa jadi bertambahnya anggota itu juga lantaran satu sama lain merasa nyaman mengobrol di milis. Seperti layaknya ngobrol dengan kawan. Temanya bisa apa saja. Dari soal yang berat, misalnya kesehatan, tren fashion, seks, resep, hingga info diskon. Pokoknya yang menyangkut perempuan, deh," sela Yoan Susiyanti, "polisi" milis ArisanBerry.
Lantaran namanya ArisanBerry, mereka juga punya agenda kopdar (kopi darat) sebulan sekali. Saat kopdar, mereka mengocok arisan. "Sengaja ada arisannya, biar mengikat anggota untuk datang." Sebenarnya, tanpa arisan pun, lanjut Yola, anggota ArisanBerry sudah menunggu pertemuan bulanan itu. Maklum, setiap kopdar, temannya selalu beda."
Yang juga bikin heboh, anggota selalu tak sabar menanti pengumuman moderator, apa tema dress code bulan ini. "Biar mereka bisa menyiapkan jauh-jauh hari," tandas Yola.
Tiap kali kopdar, para "jeng", panggilan sesama anggota ArisanBerry, juga diisi acara pengembangan diri. Mulai dari cooking class hingga soal workshop kecantikan. Jadi ada ilmu yang bisa dibawa pulang. Untuk acara ini, AsianBerry selalu bekerja sama dengan mitra lain.
Tak sekadar bertemu hura-hura, komunitas ini juga menebar empati. Khususnya bagi masyarakat yang kurang beruntung. Sudah banyak kegiatan sosial yang dilakukan ArisanBerry. Mulai dari donor darah, santunan untuk fakir miskin di bulan Ramadan hingga membantu pengobatan para penderita kanker yang kurang mampu di Surabaya.
Semua kegitan itu menjadi penyeimbang para anggota yang juga kerap ramai-ramai berburu diskon. "Ohhh... Kalau itu, sih, (berburu diskon, Red.) selalu seru. Apalagi kadang kita berburunya ramai-ramai." Kegiatan itu, lanjut Yola, menjadi kegiatan "tak resmi" ArisanBerry. "Kadang tiap-tiap kelompok juga sering kopdar sendiri-sendiri. Apalagi kalau ada yang datang dari luar kota."
Yola dan teman-teman di komunitas ArisanBerry ini memang punya cita-cita untuk berbuat sesuatu bagi warga Surabaya dalam skala lebih besar. "Sudah beberapa kali, sih, misalnya penggalangan dana lewat lelang foto, mengadakan seminar yang tiket masuknya disumbangkan untuk kaum dhuafa."
Komunitas ini juga pernah membiayai pemeriksaan papsmaer untuk wanita kurang mampu. Tapi, program tes papsmaer gratis itu belum bisa menjangkau banyak orang. "Biayanya kan, lumayan, walau kami sudah bekerja sama dengan salah satu rumah sakit."
Ya, meski masih berskala kecil, tapi kegiatan ArisanBerry sudah cukup bermakna bagi sebagian masyarakat Surabaya. Kegiatan mereka juga sudah memberi warna bagi Kota Surabaya. Dan tentu itu bisa menjadi modal ketika ingin menggelar acara yang lebih besar lagi.
Di Jakarta, ada komunitas Srikandi, komunitas pekerja perempuan yang menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi atau sekadar sebagai hobi. Di Surabaya juga ada komunitas serupa, meski saat ini kumunitas ini masih menginduk pada komunitas utamanya, Bike to Work (B2W) Surabaya.
Setiap Jumat malam mereka berkumpul di sekretariat B2W Surabaya di bilangan Jl Juwingan 134. Di tempat inilah semua kegiatan B2W Surabaya termasuk kegiatan "Srikandi" dibahas dan dimatangkan. "Ide awal biasanya dari milis," ujar Siti, salah seorang pelopor perempuan pesepeda di Surabaya.
Perempuan yang tinggal di Sidoarjo ini hampir tiap hari ke kantor mengendarai sepeda ini menambahkan tujuan komunitas ini adalah menebar "virus" sepeda sebagai sarana transportasi alternatif. "Makanya ada kegiatan resmi, namanya "Klap-Klip". Klap klip diambil dari nyala lampu sepeda.
Ya, tiap Jumat malam, komunitas ini berkumpul. Lalu mereka keliling kota Surabaya dengan sepeda. Siti dan kawan-kawan ingin menjukkan kepada pengguna jalan di Surabaya bahwa sepeda bisa dijadikan sarana transportasi sehari-hari, termasuk untuk para perempuan.
Uniknya, setiap kali memperingati Hari Kartini, para perempuan bekerja bersepeda ini juga kerap gowes dengan pakaian resmi. Ada yang pakai gaun, bahkan berkebaya lengkap dengan sanggul. Mereka ingin menunjukkan, dengan pakaian apapun, para perem;ppuan aktif ini tetap bisa menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.
dan setiap Minggu pagi, komunitas ini juga membuka stand di Taman Bungkul Surabaya yang selalu jadi pusat kegiatan bersepeda. Selain menjual pernik-pernik sepeda, komunitas ini juga menebar brosur. Tak hanya itu, mereka juga dengan senang hati menjadi tempat untuk menerima berbagai pertanyaan warga yang ingin membeli sepeda.
Komunitas ini juga sering bikin kegiatan sosial. Salah satunya, pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan. "Kebetulan banyak anggota B2W Surabaya yang berprofesi sebagai tenaga medis. Kami juga bekerja sama dengan pihak lain."
Ya, komunitas ini bukan hanya peduli terhadap lingkungan, tapi juga masyarakat yang kurang beruntung. "Di luar itu, kami juga selalu saling membantu jika ada anggota sedang dilanda kesulitan."
Meski komunitas perempuan bekerja bersepeda ini masih belum banyak, tapi kehadiran mereka kerap menyita perhatian warga, khususnya di jalan-jalan ramai di Surabaya. Panggil saja, "tante" jika Anda menjumpai mereka sedang bersepeda di seputaran kota Surabaya. Pasti akan dijawab dengan ramah, diiringi bunyi bel sepeda, "kringg...kringg..."
Sukrisna
KOMENTAR