Simah (50) terus memandangi putrinya, Marlena, yang terbaring di ranjang rumah sakit. "Apa salah anak saya sampai diperlakukan seperti itu," kata buruh tani yang sudah empat tahun ini menjanda. "Dia anak baik, rajin, sekolahnya juga lumayan. Sayangnya saya enggak punya biaya untuk menyekolahkan Marlena ke SMA. Dia sedih karena ingin sekolah tinggi, tapi akhirnya bisa mengerti kami tak punya uang." Sebagai buruh kasar di sawah, penghasilan Simah tak menentu. "Kadang sehari Rp 20 ribu, kadang Rp 35 ribu," ujar nenek dua orang cucu itu.
Suatu hari, datanglah Tan Sio Kim, warga satu kecamatan yang masih kerabat Tan Fang May. Ia mengajak Marlena ke Surabaya, menjadi pembantu rumah tangga di keluarga Fang. Marlena pun tergiur. "Saya tak setuju tapi anaknya memaksa. katanya, biar bisa bantu saya cari uang. Ya, sudah, akhirnya saya relakan dia ke Surabaya."
Begitulah, Marlena merantau ke Surabaya tahun 2008. Setahun kemudian, menjelang Lebaran, Marlena mudik. "Dia cerita, majikannya cukup baik sehingga dia kerasan. Dua tahun kerja di keluarga Fang, tiga kali dia mengirimi saya uang, masing-masing Rp 300 ribu. "
Masuk tahun ketiga, naluri Simah sebagai ibu terusik. "Entah kenapa, saya sering berdebar-debar. Seperti ada yang enggak beres dengan Marlena. Anak, kan, belahan jiwa, jadi kalau ada sesuatu padanya seperti ada kontak batin antara saya dengan dia," papar Simah. Apa daya, ia cuma bisa cemas karena tak punya ongkos untuk menjenguk si belahan jiwa. "Mungkin di saat pikiran saya cemas itulah Marlena sedang disiksa majikannya," ungkap Simah.
Nalurinya terbukti benar setelah seorang anggota polisi dari Polsek Singgahan mendatanginya dan mengajaknya ke Surabaya. Ia pun terpana melihat kondisi Marlena yang begitu mengenaskan di RS Bhayangkara. "Waktu pertama kali lihat dia, jujur saya enggak bisa omong apa-apa saking kaget, sedih, dan bingung. Saking sesaknya dada, saya sampai tak bisa menangis. Cuma bisa memeluk dan menciumi dia," aku Simah.
Airmata Simah baru berderai ketika Marlena menceritakan kekejian sang majikan. Ia pun tersinggung mendengar cerita putrinya dituduh mencuri perhiasan "Meski kami miskin, Marlena tidak pernah mengambil barang yang bukan haknya. Tidak mungkin anak saya mencuri!" katanya gusar.
Kenyataan buruk itulah yang membuat Simah bertekad bulat membawa putrinya kembali ke desa setelah sembuh dan proses hukum selesai. "Saya berharap dia segera punya calon suami, segera menikah, supaya ada yang bisa melindunginya," harapnya.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR