Setelah menikah dengan suami pertamanya, Rima sempat meinggalkan dunia akting sejenak. "Saya bekerja di Singapore Zoo. Tapi hanya bertahan selama 3 hari, ha ha ha..."
Tahun 2008, Rima mulai dekat dengan Marcell. "Dalam sebuah acara, sekitar tahun 2006, saya sempat bertemu dan berkenalan dengan Marcell. Ketika itu, kami masing-masing masih terikat pernikahan," kisahnya. Tahun 2008, Rima dan Marcell kembali bertemu lewat Facebook. Saat itu, Rima tengah mencari produser yang mau membantunya menelurkan album di Indonesia.
"Awal 2010, saya mendapat tawaran jadi pembawa acara Kitchen Beib di Global TV. Sejak itu, mulailah saya dapat tawaran berbagai sinetron, FTV dan layar lebar. Banyak orang yang belum mengenal saya secara dekat jadi kaget, kok, saya bisa memasak? Ha ha ha...," lanjutnya.
Padahal, bila menengok blog pribadi Rima, isinya tak jauh-jauh dari soal masakan. "Seru saja, masak dan hasilnya dipotret sendiri," ujarnya. Cita-citanya saat ini pun tak jauh-jauh dari urusan dapur. "I want to have my own restaurant. Semoga sukses!"
Penulis buku berjudul Sexy Food ini tadinya bermukim di Los Angeles sebagai personal chef. Dua tahun belakangan, Vindy Lee yang kelahiran Jakarta ini kembali ke tanah air untuk berbagi pengalaman memasak. Padahal, Vindy sama sekali tak pernah duduk di sekolah kuliner, bahkan jurusan yang diambilnya di University of Soutern California adalah bidang politik.
"Sejak umur tujuh tahun, saya sudah suka masak. Saya belajar memasak masakan rumahan dari nenek saya."
Apa jenis masakan yang pertama dipelajari dari nenek saat ia tinggal di Singapura? "Tomat dan daging sapi yang dioseng dengan kecap asin. Ya, mirip bolognise sauce, cuma potongan dagingnya lain, tidak dicincang. Begitu saya praktikkan resep nenek, rasanya langsung enak. Sejak itu, saya jadi suka ke dapur memasak apa saja. Mulai dari omelet, ayam, apa saja."
Lulus kuliah, Vindy nekat terjun ke dunia kuliner secara profesional. "Saya belajar masak di restoran Prancis di Amerika. Memang saya sudah biasa masak. Tapi, kalau di restoran, kan, beda, ya," tuturnya.
Setelah dari restoran tadi, Vindy sempat bekerja di restoran Italia di Los Angeles. Di sini, Vindy harus melayani puluhan pengunjung restoran dengan cepat. "Bekerja di restoran, bagi saya bukan mengejar uang, melainkan pengalaman."
Tahun 2005, Vindy memutuskan jadi personal chef. "Saya ingin fokus ke masakan rumah. Kadang saya juga memberi pelatihan atau kursus privat." Sebagai personal chef, Vindy sering diundang oleh keluarga-keluarga pebisnis besar di Amerika yang tengah menjamu teman atau kerabat di rumahnya.
"Di Amerika, ada kebiasaan entertainment home, menjamu teman atau relasi di rumahnya yang besar dan bagus, agar tamunya berkesan. Rata-rata yang menggunakan jasa personal chef adalah orang yang mengerti makanan. Sebaliknya, orang Indonesia kalau mau makan besar malah ke restoran. Nah, sebagai personal chef, saya memasak di rumah-rumah itu dengan membawa asisten. Sebelum deal akan memasak di rumah mereka, saya diskusi dulu, mereka mau makan apa?"
KOMENTAR