Keduanya hanya mendesain baju saja. Order baju pertama mereka, milik teman, lalu berkembang ke teman yang lain hingga akhirnya mendapat order busana pengantin. "Awalnya saya enggak berani terima. Tapi, teman saya terus memaksa, akhirnya baju pengantin itu menuai pujian. Dari sanalah pelanggan saya makin berkembang lagi.''
Kendati tak mengkhususkan mendesain kebaya, namun order yang datang kebanyakan kebaya berpayet dan bordir. Karena sering belanja kain, Wulan dan Sari melihat tumpukan kartu nama di meja kasir toko. ''Karena gratis, kami akhirnya ikut titip kartu nama. Ternyata, ada juga pelanggan baru yang datang setelah mendapat katu nama itu," ucap Wulan yang kini pelanggannya dari kalangan mahasiswa hingga karyawan kantoran.
Rini Sulistyati / bersambung
KOMENTAR