Tak ada satu makanan pun yang paling hebat dan mampu memenuhi segala kebutuhan tubuh. Semua makanan harus dikonsumsi seimbang dan sesuai gizi yang diperlukan. Berangkat dari kepedulian akan kesehatan tadi, Hindah Muaris (49) lalu mendalami kulinologi, yang terdiri dari kuliner dan teknologi pangan tanpa menyampingkan peranan gizi.
Sempat bekerja di majalah kuliner selama 13 tahun, akhirnya ia bersolo karier jadi perancang menu makanan sehat. Layanan jasanya juga berkembang jadi one stop service. Menjadi konsultan bagi klien personal dan perusahaan makanan, dosen tamu, food stylist dan mengarang banyak buku terkait menu makanan bagi ibu hamil, balita, lansia, menopause, diet sehat hingga makanan tertentu untuk jenis penyakit seperti kolesterol, darah tinggi dan asam urat.
Hindah lalu mencontohkan pengaturan menu untuk Ibu hamil di triwulan pertama kehamilan. "Biasanya saat hamil, kan, sering mual. Jadi sebaiknya diberi bumbu masakan dari jahe untuk mengurangi rasa mual dan ngidam. Misalnya cream soup dicampur jahe, biskuit jahe, dan banyak lainnya."
Selain Hindah, pengalaman pahit berkaitan dengan riwayat kesehatan dirinya, telah membuat Wied Harry Apriadji memilih profesi sebagai pengatur menu sehat. Ia yang pernah mengalami gangguan kolesterol akibat senang wisata kuliner, membuatnya kerepotan mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi. Ketimbang harus terus menerus diet dan minum obat dari dokter, ia memilih food combining sebagai solusi.
Untuk berkonsultasi, Wied menggunakan cara persuasif, "Misalnya ketemu langsung di restoran. Saat memesan makanan, saya tak langsung berkomentar apakah makanan itu layak disebut food combining, tapi menjelaskan manfaat, efek di tubuh serta kandungan nutrisi yang ada di makanan itu."
Menurutnya, setiap orang dapat mengakali menu sehat yang sederhana dan mudah dilakukan, dimana setiap kali makan cukup dengan satu jenis lauk dan memperbanyak sayuran dan buah-buahan.
Ade Riyani / bersambung
Foto-foto: Daniel SUpriyono, Ahmad Fadilah, Dok. Pri
KOMENTAR