Nuansa Unik & Konsep Nyentrik
Menyulap ruangan hingga menghadirkan nuansa berbeda dan unik tak bisa lepas dari peran orang yang ada di baliknya. Profesi pendekorasi ruang, tentu dituntut untuk memiliki rasa cinta pada keindahan. Faktor ini jugalah yang telah membuat Rudolf Rudy Gunawan (30) tak pernah lepas dari hobinya berkreasi.
Rudy memulai semuanya sejak sering mengamati kegiatan mendiang Sang Ibu saat ia kecil. Rudy kerap membantu Ibunya yang punya sanggar rias pengantin dan senang memasak. Berbekal suka membaca buku dekorasi janur hias milik Ibunya pula, Rudy akhirnya mencoba menghias panggung pentas seni di SMP dan kampusnya.
Memelajari banyak hal secara otodidak ternyata bisa membuatnya serius menekuni dunia dekorasi, "Selain menyenangkan, tantangannya adalah bagaimana membuat konsep baru setiap saat dan klien senang serta puas dengan karya kami," ujar Rudy yang kerap berkolaborasi dengan sahabatnya, Bimo, dalam mendekor.
Dari sekian banyak klien, mayoritas menyukai nuansa bunga dari dekorasinya. "Yang khas dari karya dekorasi saya dan Bimo adalah full of flower, juga ada sentuhan etnik dan romantis. Ditambah pernak-pernik berbau kolonial."
Lain lagi dengan Melissa, (29), pemilik Nanny's Pavillon, yang pernah mengenyam pendidikan di bidang kuliner dan hospitality. Ia tak hanya menuangkan kegemarannya memasak, tapi juga "gatal" mendekorasi interior restoran miliknya yang unik dan tematik. Restoran berkonsep tematik yang sudah memiliki lima gerai di Jakarta dan Bandung ini datang dari idenya sebagai konseptor sekaligus penata ruang.
Sementara yang dilakukan pasangan suami istri, Ali Reza dan Mita Abidin, dalam mendekorasi kafe miliknya, Sinou Kaffee Hausen, terinspirasi suasana Paris, Prancis, saat mereka melancong ke sana untuk berbulan madu. Konsep "gudang" bernuansa Industrial Parisian Warehouse tahun 1950-an diaplikasikan Reza dan Mita dalam bangunan kafenya.
"Seni itu tak berbatas, tidak harus tertata rapi dan sama. Semua furniture kami buat sendiri, tapi ada juga beberapa yang diambil dari hasil berburu barang dari banyak tempat," ujar Reza yang gemar belanja ornamen hias di Solo, Yogya, Surabaya, Magelang hingga Arab dan Jepang setiap 3-4 bulan sekali.
Awalnya bangunan permanen restoran miliknya rapi dan bersih, lalu dibongkar ulang dengan memanfaatkan beragam material bekas pakai. Seperti keranjang buah, rak besi, pipa air, drum berukuran besar, karung goni, pot tanaman hingga daun jendela disulap jadi penghias ruangan yang "nyentrik."
"Sudah sekitar enam tempat, seperti coffee shop, lounge, bar yang berkonsultasi sama saya. Lama-lama bisa jadi dekorator betulan, nih," tukas Reza sambil tertawa.
Tak ada satu makanan pun yang paling hebat dan mampu memenuhi segala kebutuhan tubuh. Semua makanan harus dikonsumsi seimbang dan sesuai gizi yang diperlukan. Berangkat dari kepedulian akan kesehatan tadi, Hindah Muaris (49) lalu mendalami kulinologi, yang terdiri dari kuliner dan teknologi pangan tanpa menyampingkan peranan gizi.
Sempat bekerja di majalah kuliner selama 13 tahun, akhirnya ia bersolo karier jadi perancang menu makanan sehat. Layanan jasanya juga berkembang jadi one stop service. Menjadi konsultan bagi klien personal dan perusahaan makanan, dosen tamu, food stylist dan mengarang banyak buku terkait menu makanan bagi ibu hamil, balita, lansia, menopause, diet sehat hingga makanan tertentu untuk jenis penyakit seperti kolesterol, darah tinggi dan asam urat.
Hindah lalu mencontohkan pengaturan menu untuk Ibu hamil di triwulan pertama kehamilan. "Biasanya saat hamil, kan, sering mual. Jadi sebaiknya diberi bumbu masakan dari jahe untuk mengurangi rasa mual dan ngidam. Misalnya cream soup dicampur jahe, biskuit jahe, dan banyak lainnya."
Selain Hindah, pengalaman pahit berkaitan dengan riwayat kesehatan dirinya, telah membuat Wied Harry Apriadji memilih profesi sebagai pengatur menu sehat. Ia yang pernah mengalami gangguan kolesterol akibat senang wisata kuliner, membuatnya kerepotan mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi. Ketimbang harus terus menerus diet dan minum obat dari dokter, ia memilih food combining sebagai solusi.
Untuk berkonsultasi, Wied menggunakan cara persuasif, "Misalnya ketemu langsung di restoran. Saat memesan makanan, saya tak langsung berkomentar apakah makanan itu layak disebut food combining, tapi menjelaskan manfaat, efek di tubuh serta kandungan nutrisi yang ada di makanan itu."
Menurutnya, setiap orang dapat mengakali menu sehat yang sederhana dan mudah dilakukan, dimana setiap kali makan cukup dengan satu jenis lauk dan memperbanyak sayuran dan buah-buahan.
Ade Riyani / bersambung
Foto-foto: Daniel SUpriyono, Ahmad Fadilah, Dok. Pri
KOMENTAR