Pulau Komodo menjadi salah satu pesona di timur Indonesia.
Untuk menuju ke sana, harus melewati perairan Flores, Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan kapal.
Di pelabuhan Labuan Bajo, cukup banyak kapal untuk mengantarkan para turis menuju kawasan Taman Nasional (TN) Komodo.
Tarifnya tergantung dari jenis kapal yang digunakan, dari ratusan ribu sampai jutaan.
(Baca: Menengok 5 Surga Tersembunyi di Indonesia Timur)
Ketika mengunjungi pulau eksotik ini beberapa waktu lalu bersama rombongan Kemenbudpar, tim NOVA.id menggunakan kapal cruise Merry Makin.
Kapal meluncur melewati air laut yang begitu jernih.
Sempat terlihat lumba-lumba berenang memperlihatkan kelincahannya.
Dari tengah laut ini, rombongan sempat menyaksikan matahari terbit dari ufuk timur.
Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit, sampailah di Pulau Komodo. Kami ditemani Andi Kefi dan rangers lainnya.
Andi mengatakan, TN Komodo terdiri dari beberapa pulau.
Empat di antaranya didiami komodo. Yang terbesar yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan dua pulau kecil yaitu Pulau Gilimotang, dan Nusa Kode.
"Data yang kami dapat, di empat pulau ini terdapat 2.500 komodo. Paling banyak di Pulau Komodo yaitu 1.300 ekor, Pulau Rinca sebanyak 1.100 ekor, dan yang lain diam di dua pulau kecil," jelas Andi.
Selanjutnya, Andi mengajak kami menyusuri kawasan Pulau Komodo dengan melewati track pendek sepanjang 3,5 km.
Hutan di kawasan ini masih cukup lebat. Banyak terdapat pohon gebang, sejenis lontar. Pohon gebang yang sudah mati, merupakan tempat tinggal komodo kecil.
"Musim kawin komodo biasanya pada bulan Juli-Agustus. Sebelumnya komodo jantan saling berkelahi memperebutkan komodo betina."
Berikutnya, komodo bertelur. Ia sanggup bertelur 15-30 butir.
Telur ini disembunyikan di dalam tanah, kira-kira sedalam 2 meter.
Delapan bulan kemudian, komodo ini menetas.
"Komodo tidak mengerami telurnya. Ia meninggalkannya di dalam tanah, tapi terus berjaga dari gangguan komodo lain," tutur Andi.
"Nah, bisanya 8-9 bulan kemudian, telur ini menetes. Biasanya 80 persen dari telur yang ada. Anak-anak komodo ini keluar dari dalam tanah dan berusaha sendiri mempertahankan hidupnya."
Sebagian komodo kecil ini, berlindung di pohon gebang.
Di lobang pohon, banyak ulat yang menjadi makanannya.
Selain ulat, komodo kecil yang panjangnya 30 cm-35 cm ini juga makan binatang kecil lain seperti burung dan cecak.
"Ia berpindah-pindah tergantung faktor makanan," kata Andi seraya menunjukkan pohon gebang yang banyak tumbuh di hutan.
Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, sering terlihat beragam burung melintas.
Sesaat kemudian, terlihat komodo jantan yang panjangnya sekitar 3 meter di dekat kubangan air. Ia berdiam menunggu mangsa.
Rasanya menakjubkan melihat komodo di habitat aslinya. Andi berpesan pada rombongan untuk berhati-hati dan jangan memisahkan diri.
"Ia tengah berkamuflase untuk menangkap binatang. Ia membunuh hewan seperti kerbau atau kuda dengan gigitan yang mengandung air liur yang mematikan. Butuh waktu lama, bisa sampai sebulan, mangsanya ini baru ambruk."
Setelah puas mengabadikan komodo jantan itu, rombongan melanjutkan perjalanan dengan mendaki bukit kecil.
Tapi, cukup membuat ngos-ngosan sebagian peserta. Sesampai di bukit Sulphurea, tampak panorama yang sungguh menakjubkan.
Laut Flores yang jernih terlihat jelas dengan bukit dan pepohonan di sekitarnya.
Tiba di bagian akhir perjalanan, rombongan menyaksikan beberapa komodo lagi. Dengan umpan ikan, komodo ini dipancing menuju pantai.
Komodo dengan latar laut lepas merupakan pemandangan yang begitu indah.
Dari Pulau Komodo, kapal cruise membawa rombongan menuju sebuah pantai berpasir merah.
Kapal tidak bisa merapat sampai pantai. Rombongan secara bergantian dijemput dengan perahu kecil. Pantai ini masih begitu bersih.
Lautnya pun jernih. Di sinilah sorga para wisatawan yang suka diving dan snorkeling. Pemandangan bawah laut begitu indah.
"Laut di kawasan di Taman Nasional Komodo, banyak menarik minat wisatawan asing. Puluhan tempat menyelam, menjadi favorit mereka," kata Andi.
Keesokan harinya, kapal cruise membawa rombongan menuju Pulau Rinca yang juga banyak didiami komodo.
Di Loh Buaya yang merupakan gerbang utama Pulau Rinca, rombongan disambut puluhan kera yang mendiami hutan bakau.
Jackson, ranger yang kali ini menemani mengisahkan, kera ini berasal dari Pulau Flores.
"Selain kera, di Pulau Rinca juga banyak terdapat kerbau dan kuda liar," katanya.
Belum lama melangkah, terlihat beberapa komodo berdiam di kolong sebuah dapur.
"Daya penciuman komodo tajam, bisa sekitar 2 km tapi tergantung arah angin. Nah, mereka ke dapur karena mencium bau masakan," kata Jackson.
Selanjutnya, Jackson memandu menuju jalan mendaki.
Dari ketinggian, kembali terlihat panorama yang begitu indah.
Bentangan laut biru seolah menyatu dengan langit. Dari sana, rombongan melintasi hutan asam yang teduh.
Di sini dijumpai lobang tempat komodo menetaskan telurnya. Terlihat pula beberapa komodo kecil, bersembunyi di balih pepohonan.
Jadi, Taman Nasional Komodo tak diragukan lagi menyimpan banyak keindahan.
Selain eksotisme komodo di habitat aslinya juga wilayah laut yang merupakan sorga para penyelam.
Henry Ismono/NOVA.id
KOMENTAR