Banyak cara dilakukan para dermawan dan relawan untuk meringankan beban pengungsi. Laundry gratis merupakan salah satu jasa yang diberikan relawan dan juga dermawan. Di pengungsian yang serba minim fasilitas, pemakaian air pun terbatas. Beruntung seorang pemllik toko elektronik berbaik hati menyerahkan dua mesin cuci untuk layanan laundry gratis. "Airnya bisa irit dan pengungsi tak perlu repot mencuci."
Para relawan pun mencuci baju pengungsi secara privat alias tidak dicampur dengan baju pengungsi lain. Akibatnya, antrean panjang tak terelakkan. Belakangan, sebuah produsen mesin cuci terkenal meminjamkan 12 mesin cuci yang diletakkan di dua titik . "Rata-rata per hari 50 orang datang di satu titik. Mereka kami cucikan pakaiannya atau boleh mencuci sendiri. Waktunya, 20 menit per orang," jelas Zainal yang dikontrak produsen mesin cuci itu untuk melayani pengungsi.
Relawan dari Mako HNC Adi Sumarmo, Solo, Jonathan Wahyu, terpaksa membuat laporan ke Posko PT KAI di Stasiun Tugu Yogyakarta gara-gara paket kiriman rekan-rekannya dari Jakarta berupa 24 kardus berisi pakaian dalam dan sejumlah boks makanan bayi, berkurang jumlahnya saat tiba di Stasiun Tugu. Kiriman itu memang memanfaatkan fasilitas gerbong barang gratisan yang disediakan PT KAI demi membantu lancarnya bantuan untuk para pengungsi.
Hingga pekan lalu saja, kata Humas PT KAI, Daop VI, Eko Budianta, sudah 800 ton paket barang terangkut hingga Yogya. "Idealnya, si pemilik mengawal barang itu sampai tujuan, meski nyatanya banyak yang tidak mengawal. Bahkan ada kiriman barang yang tidak jelas siapa penerimanya. Asal titip di PT KAI saja. Yang begini ini akan langsung kami salurkan ke pengungsi, " terang Eka.
Barang tak dikawal, lanjutnya, bisa mengalami nasib seperti paket Jonathan tadi. "Soalnya, bisa saja tertukar atau terbawa orang lain, meski tumpukan barang di stasiun diawasi petugas dan pengambilan barang harus pakai formulir." Paket gratisan itu, sambungnya, tidak diasuransikan dan tak disediakan gudang khsusus.
Rini
KOMENTAR