Puji Tuhan akhirnya anakku bisa selamat dari peristiwa yang mendebarkan itu. Ini semua mukjizat Tuhan. Kala itu, rasanya nyawaku seperti "tercerabut" dari tubuhku. Bagaimana tidak, jangankan selamat, Pakalima dapat sembuh saja rasanya mustahil. Tapi syukurlah, setelah hampir tiga bulan dirawat, kondisi anak bungsuku itu akhirnya berangsur-angsur membaik.
Jumat (23/4) silam itu, anak angkatku Nur (bukan nama sebenarnya, Red. ), tengah memasak air dalam sebuah dandang besar. Tanpa sepengetahuan Nur, Pakalima tiba-tiba sudah berada di dapur. Ketika air dalam dandang itu mendidih, Pakalima segera mengambil ceret yang letaknya berada di belakang dandang berisi air panas itu. Saat itu pula Nur mendengar suara berisik dari arah dapur.
Hanya selang bebera detik, Nur mendengar Pakalima menjerit dan berteriak minta tolong. Astaga, sesampainya di sana, Nur melihat tubuh mungil Pakalima sudah berada di dalam dandang berisi air mendidih yang baru saja dimasaknya.
Panik dan kaget, Nur segera mengangkat tubuh Pakalima dari dalam dandang. Ia juga berteriak minta tolong. Sejurus kemudian, para tetangga berdatangan ke rumah kami. Mama Tasya, panggilan tetangga dekat kami, segera menghubungi aku yang saat itu sedang bekerja di Pemkab Pak-Pak Barat, Sumatera Utara. "Cepat pulang! Anakmu terkena air panas!" Saat itu juga, dalam hati aku membatin, kalau hanya terkena air panas, kenapa aku sampai diminta segera pulang? Pikirku, Pakalima paling-paling hanya terkena air panas di tangannya saja.
Tetanggaku itu pun sempat mewanti-wanti agar aku pulang dengan tenang, tak perlu terburu-buru atau ngebut saat mengendarai motor. Hatiku jadi gelisah ketika Mama Tasya berujar, Pakalima sudah dibawa ke sebuah klinik. Pikiran dan perasaanku berkecamuk, apa gerangan yang sebenarnya terjadi pada anakku?
Sebelum ke klinik, aku menyempatkan singgah ke rumah orangtuaku untuk menjemput anak-anakku yang lain, yang kutitipkan ke ibuku. Ibu yang melihatku datang, segera menyuruhku cepat-cepat ke klinik. Aku semakin heran, kenapa orang-orang begitu sibuk hanya karena Pakalima terkena air panas.
Memang, tak satu orang pun yang menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi pada Pakalima dan bagaimana keadaannya yang sebenarnya. Aku jadi semakin bertanya-tanya.
Mengelupas & Bolong
Setibanya di klinik, aku disambut kerabat dan tetanggaku. Wajah mereka terlihat sedih. Penasaran, aku segera menemui Pakalima. Betapa terkejutnya aku. Tenyata sekujur tubuh Pakalima tampak berlubang-lubang akibat terkena air mendidih. Kulit tubuhnya, mulai dari dada hingga kaki, melepuh. Kulitnya pun terkelupas. Habis semua. Aku merasa lemas melihat kondisi anakku. Ya Tuhan, kenapa anak sekecil ini harus menerima cobaan seberat itu?
Aku langsung menangis sejadi-jadinya. Segera kukabari suamiku, Bayar Manik (36). Kakakku yang bekerja di RSU Sidikalang pun kuhubungi. Aku segera membawa anakku ke RSU Sidikalang. Hampir 1,5 bulan Pakalima dirawat di tempat ini. Kondisinya bisa berangsur-angsur membaik. Luka-lukanya pun selalu dibersihkan dan tak lupa diberi obat.
KOMENTAR