Sejak awal perjalanan, kisah Yuli Rustanti (21), ia sudah merasa ada sesuatu yang tidak baik dalam perjalanan KS Logawa. Bahkan ketika diajak suaminya pergi ke Pasuruan dengan menumpang kereta itu, ibu dua anak ini sempat menolak. "Bahkan kami sempat bertengkar segala," papar Yuli yang juga dirawat di RS. Toh, akhirnya ia menemani sang suami, Rudiyono (32) ke Pasuruan dari Madiun. Dua anak mereka, Farah Alifiyah (3) dan Bayu (9 bulan) ikut serta. Oleh suaminya, "Rencananya kami akan diajak jalan-jalan ke Taman Safari Prigen, Pasuruan, lalu ke Surabaya," kisah Yuli lagi.
Menjelang musibah, Yuli tengah berjalan-jalan di lorong sembari menggendong Bayu yang rewel, sementara, suaminya membuatkan susu. "Farah lagi jalan-jalan dengan anak penumpang lainnya." Saat kereta melintas dengan posisi agak menikung ke kanan, tiba-tiba Yuli merasakan ada sesuatu yang tidak beres di bagian bawah. "Mendadak kereta miring ke kiri kemudian terperosok dan terguling-guling. Saya langsung mendekap Bayu erat-erat. Kami bergulingan. Yang saya pikir saat itu hanya menyelamatkan Bayu. Saya sendiri, sih, sudah pasrah,'' papar Yuli. Oleh karena didekap terus oleh sang ibu, Bayu "hanya" mengalami lebam di kepala dan suami Yuli luka di pundak. "Syukurlah anak-anak selamat," ujarnya lega.
Duka mendalam dialami Yanto (42). Penumpang asal Madiun ini harus kehilangan keponakannya, Rahmad Bayu Riyanto (15), siswa SMPN 8 Madiun. "Dia sudah seperti anak saya sendiri. Sejak kecil, sayalah yang mengasuhnya. Waktu Bayu umur 2 tahun, ibunya meninggal lalu ayahnya menikah lagi dan sampai kini tak ada kabar beritanya," kisahnya dengan nada sedih.
Kendati piatu sejak balita, Bayu tumbuh menjadi anak cerdas dan berperangai baik. "Yang bikin saya sedih, dia selalu bilang, kalau besar dia ingin mengurus neneknya sebagai bentuk balas budi. Kami semua amat kehilangan dia," turur Yanto sambil berlinang air mata.
Di hari nahas itu, Bayu pamit pergi ke Surabaya bersama dua temannya, Yoga dan Gigih. Ketiganya hendak ke rumah bude Bayu yang tinggal di Waru, Sidoarjo, untuk berlibur. "Kata Yoga dan Gigih, saat kereta oleng, posisi Bayu sedang berdiri di dekat pintu. Karuan saja ia terguling. Tubuh Bayu terpelanting keluar kereta." Ketika jazadnya ditemukan, "Tubuhnya utuh hanya kepala bagian belakang saja yang terlihat memar bekas kena benturan," kisah Yanto.
Gandhi Wasono
KOMENTAR