Momen Car Free Day (CFD) adalah saat yang ditunggu-tunggu keluarga Risto. Maklum, di hari Minggu setiap akhir bulan ini, jalan Thamrin dan Sudirman bebas kendaraan bermotor. Risto pun selalu memboyong istri dan anaknya dari rumahnya di Bekasi untuk bersepeda di sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman. "Hampir tiap CFD kami selalu membawa anak-anak. Mereka sangat senang bisa bebas sepedaan di jalan raya tanpa terganggu mobil atau motor," tambah Risto.
Jika ingin bersepeda saat CFD dari Bekasi, lanjut Risto, sepeda dimasukkan ke mobil. "Biasanya kami parkir di Djakarta Theater. Terus gowes sampai Ratu Plaza dan balik lagi. Lumayan sudah bisa menguras keringat," jelas Risto yang selalu menggowes beriringan. "Saya yang di depan, sementara istri saya mengawal dari belakang."
Si Bungsu, Bintang, pun menurut Risto sudah kuat menggowes sejauh itu. "Ia bahkan sudah paham ketika harus melewati tanjakan di Dukuh Atas," sela Dewi. Rekor gowes Bintang saat ini sepanjang 34 km. Ia berhasil menyusuri Selokan Mataram, Yogyakarta.
Kini, Risto makin merasakan kehangatan dalam keluarga setelah aktif gowes. Ia pun bisa mengajarkan disiplin dan saling berbagi kepada anak-anaknya. "Kalau mau main sepeda, anak-anak sudah menyiapkan peralatannya sendiri. Bahkan Bintang sudah bisa melipat, membuka sepeda, dan memasang aksesori sepedanya sendiri. Kami kadang juga mencuci sepeda bareng-bareng. Seru deh, sambil main air," tambah Dewi.
Bintang, lanjut Risto, memang yang paling antusias berbicara soal sepeda. "Dia juga selalu membantu setiap ayahnya mengutak-atik sepeda. Bahkan kalau mau ngoprek sepeda, harus nunggu dia pulang sekolah dulu."
Lain lagi cerita Pendi Utama (48), salah seorang penghobi sepeda dari komunitas MTB Rockers di seputaran Pamulang, Tangerang. Di kolom aktivitas di Facebook, Pendi, begitu ia disapa, menulis: "Tiga hari bersepeda ke kantor, hari Sabtu bersepeda dengan komunitas, dan hari Minggu bersepeda dengan keluarga." Hobi gowesnya kini sudah menurun ke Daffa (9), anaknya. Untuk ukuran anak kelas 3 SD, prestasi Daffa sangat luar biasa. Ia sudah bisa menaklukkan semua rintangan di trek sepeda Jalur Pipa Gas (JPG), BSD yang sangat legendaris itu. "Bahkan sejak kelas 2 dia sudah bisa melewati roll coaster," cerita Pendi.
Roll coaster adalah sebuah lubang sedalam 6 meter di kawasan JPG. Perlu teknik tinggi untuk bisa menaklukkan jalur ini. Roll coaster menjadi rintangan terberat di trek sepeda JPG dan kerap makan korban. "Perlu teknik dan sepeda yang mumpuni," jelas Pendi.
Ya, Pendi memang tidak sekonyong-konyong mengajak anaknya bersepeda ke JPG. Ada banyak tahapan yang harus dilalui. Kebetulan JPG, selain punya trek yang berat juga ada trek khusus anak-anak dan jalur wisata. "Awalnya, sih, Daffa hanya masuk trek anak-anak dan wisata. Kalau masuk trek teknikal JPG, Daffa cuma melihat saja orang-orang yang melewati roll coaster. Setelah dia merasa mampu, dia ingin mencoba."
Mungkin bagi sebagian orangtua, pasti akan melarang anaknya yang ingin menjajal roll coaster. Tapi, bagi Pendi tidak demikian. Yang penting, lanjutnya, ia harus mempersiapkan kemampuan fisik anaknya dan sepeda yang mumpuni. "Selebihnya, ya berdoa saja. Toh kalau sudah 'terjun' ke roll coaster, orangtua sudah tidak bisa membantu apa-apa lagi."
Pendi bisa berlega hati, Daffa akhirnya mau berolahraga sepeda. Murid kelas 3 Madrasah Pembangunan UIN ini semula divonis dokter hiperaktif. Oleh dokter, Daffa disarankan untuk olahraga berkuda atau bersepeda. "Akhirnya pilihannya ke olahraga bersepeda. Dengan bersepeda, energi dia tersalurkan."
Sukrisna
KOMENTAR