Ternyata tak hanya Jakarta yang dimeriahkan oleh hadirnya transportasi massal roda dua berbasis aplikasi. Kota Pahlawan, Surabaya, pun tak kalah kreatif. Setelah Go-Jek dan GrabTaxi yang sudah ada, jalanan Surabaya juga dihiasi ojek aplikasi dengan hadirnya Taksi Roda Dua Cak Transport serta Ojek Syar’i khusus bagi penumpang perempuan. Cak Transport, Argometer dan GPS
Pagi itu Hari terlihat sangat sibuk. Matanya menghadap layar laptop melihat posisi para rider, sementara tangan kirinya nyaris tak pernah berhenti menerima telepon pelanggan dari berbagai penjuru Surabaya. “Hallo, Cak Transport? Saya Bu Indah dari Jl. Pagesangan, tolong segera dijemput, saya minta diantar ke Pasar Turi,” suara seorang wanita dari balik loudspeaker smartphone jelas terdengar. “Baik Bu, sekitar 15 menit lagi rider kami akan segera menjemput ibu,” jawab Hari ramah. Begitu menerima pesanan, Hari lalu dengan cepat menghubungi rider (pengemudi) Cak Transport yang saat itu tengah standby di sekitar lokasi Bu Indah.
Suasana di atas merupakan gambaran aktivitas operator Cak Transport (CT) yang ada di bilangan Jl. Perumahan Gunungsari Indah Surabaya. CT adalah jasa antar jemput penumpang ke tempat tujuan dengan sepeda motor. Manajemen CT menyebutnya dengan sebutan taksi roda dua. “Saya shift pagi, nanti siang sampai malam ada lagi operator lainnya,” kata Hari yang sebelum menjadi operator adalah rider CT.
Baca juga: Ini Syaratnya Bila Ingin Jadi Supir Gojek
Adalah pasangan Yosephus Widyawan (32) dan istrinya Emilia Saputri Pujiastuti (31) yang merintis berdirinya usaha taksi roda dua tersebut. Keduanya mendirikan CT sejak 1 November 2012. Sebelum mendirikan CT, Yosep mengaku pernah bekerja sebagai profesional di berbagai perusahaan. “Kebetulan di setiap di perusahaan, saya selalu mengelola bagian transportasinya sehingga saya cukup paham bidang ini,” katanya menjelaskan.
Setelah keluar dari pekerjaan, dia sempat diajak temannya mendirikan jasa transportasi roda dua di Semarang. “Tapi tidak lama saya keluar dan kembali ke Surabaya. Usaha tersebut dilanjutkan teman dan kalau tidak salah sekarang lebih banyak menangani pengiriman paket, bukan lagi jasa antar orang,” papar Yoseph di teras rumah yang dijadikan pool CT. Di teras itu pula, belasan motor bebek dengan warna kombinasi hitam dan kuning lengkap dengan tulisan Taksi Roda Dua berjejer.
Sekembali ke Surabaya, Yoseph melihat masyarakat Surabaya sudah seharusnya diberikan alternatif moda transportasi yang cepat, aman dan kualitasnya bagus. Mengingat makin hari lalu lintas makin padat, angkutan umum tidak semuanya tersedia dengan baik kecuali taksi roda empat dengan tarif argo yang dirasa cukup mahal.
“Lalu saya punya ide mendirikan taksi roda dua dengan label Cak Transport ini. Kata Cak sendiri selain panggilan khas Surabaya sekaligus kepanjangan dari Cepat, Aman dan Kualitas,” kata Yoseph yang belajar tentang IT saat kuliah di UGM serta ekonomi dari salah satu PTS di Yogya.
Alat transportasi yang dia dirikan tersebut merupakan gabungan dari dua konsep, yakni konsep ojek serta taksi. Konsep ojek karena menggunakan motor roda dua sedang pembayarannya sama dengan taksi karena perhitungan jumlah pembayarannya menggunakan argometer layaknya taksi. “Dengan menggunakan argometer, pengguna jasa lebih nyaman, tidak ribet karena tidak nego-negoan, tidak merasa dikibuli karena jelas dan transparan. Makanya CT tidak menyebut diri sebagai ojek, tetapi lebih tepatnya kami taksi roda dua,” imbuhnya.
Jaga Bau Badan
Kendati sarana transportasi dengan menggunakan motor roda dua, namun CT menerapkan standar bagi pemakai jasanya. Pertama, masing-masing motor yang digunakan rider dilengkapi GPS layaknya taksi. Dengan penggunaan GPS, maka di manapun berada, posisi motor CT bisa diketahui oleh operator. Sementara untuk menunjang kenyamanan pengguna jasa, dilakukan seleksi yang cukup ketat bagi rider, mulai soal keterampilan berkendara serta sikap yang baik.
“Jadi enggak ada ceritanya rider CT ugal-ugalan di jalan. Ngebut sedikti saja tidak boleh, semua demi kenyamanan dan keselamatan bersama,” papar Yoseph. Selain motor, manajemen CT juga memberi jaket dan helm seragam kepada para rider. Sementara penumpang diberi masker dan penutup kepala sehingga rambut pengguna jasa tetap bersih.
Manajemen CT juga mengharuskan para rider menjaga penampilan. Selain harus selalu bersepatu, bau badan dan bau mulut harus dijaga. “Tujuannya penumpang yang dibonceng tidak merasa terganggu. Dan ada syarat lain lagi, para rider dilarang menanyakan status pelanggan, termasuk pekerjaannya, sekalipun sudah langganan,” timpal Emilia sambil menjelaskan bahwa saat rekrutmen, para rider terlebih dahulu menjalani psikotes, tes wawancara, tes riding, safety riding, sampai kebersihan.
Ketika pertama kali berdiri, Yosep dan istrinya sempat menjadi rider juga. Tujuannya tidak sekadar mengantar penumpang tetapi sekaligus menggali apa saja yang menjadi keinginan pelanggan. “Kalau sampai terjadi kecelakaan, baik pengendara maupun pengguna jasa CT akan mendapat fasilitas dobel asuransi, masing-masing asuransi kecelakaan dan Jasa Raharja.
Kartu Debit
Yoseph mengaku CT tidak cemas dengan banyaknya penolakan dari para pengojek umum seperti yang terjadi di Jakarta belakangan ini. Sebab, sejak awal dirinya tidak mem-branding CT sebagai ojek. “Kami tetap menyebutnya taksi roda dua sehingga para pengojek reguler tidak antipati dengan keberadaan kami,” papar Yoseph yang saat ini memiliki 25 unit armada motor. Modal yang ia gelontorkan berasal dari tabungan pribadi selama bekerja sebagai pofesional, ditambah hasil menjual rumah dan mobil.
Selain itu, ia juga meyakni kasus yang terjadi di Jakarta tidak akan terjadi di Surabaya mengingat Surabaya pada dasarnya tidak ada ojek. “Beda sekali dengan Jakarta yang memang sejak dulu sudah ada ojek. Keberadaan ojek di Surabaya baru beberapa tahun belakangan ini saja, itupun di tempat-tempat tertentu.”
Saat ini, perkembangan usaha CT luar biasa pesat. Dalam sebulan masing-masing rider melayani sekitar 230 penumpang. Karena perkembangan yang menggembirakan, mulai akhir tahun 2015 pihaknya akan mengembangkan usahanya lebih besar lagi. Selain pindah alamat ke lokasi yang lebih strategis sebagai pollnya, CT juga akan menambah jumlah armada, meluncurkan aplikasi di sistem operasi Android yang bisa diunduh masyarakat luas untuk memudahkan pemesanan, sampai mengeluarkan CT premium dengan menggunakan motor matic. “Untuk tarif per kilometer CT reguler Rp2.800, yang premium belum kami tentukan,” imbuhnya.
Yang unik lagi, jika pengguna tidak memiliki uang tunai, penumpang bisa membayar dengan kartu debet BCA. Meski belum semua, namun 5 rider sudah dibekali dengan alat EDC (Electronic Data Capture).
Soal penghasilan, gaji para rider CT diakui relatif lumayan. Manajemen CT memiliki tiga sistem penggajian. Pertama sistem komisi yang memiliki potensi penghasilan antara 60-70 persen dari total pendapatan per bulan. Penghasilan sebesar itu sudah termasuk fasilitas armada, servis rutin, pulsa serta asuransi kecelakaan.
Yang kedua sistem setoran, dimana dalam sehari para rider diwajibkan menyetor Rp80.000. Dengan setoran sebesar itu, maka para rider akan mendapat uang THR, program kepemilikian kendaraan setelah berjalan 36 bulan, pulsa, dan servis rutin. “Untuk armada premium, para rider akan mendapat gaji bulanan tetap, berbagai asuransi, serta pulsa dari perusahaan,” imbuh Yoseph. Nah, bagi Anda yang butuh jasa CT, bisa menghubungi call center di 0851 0400 0071.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR