Hajrah (28), seorang perempuan asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tak diketahui rimbanya sejak menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi, lima tahun silam.
Orangtua Hajrah, Baharia, mengaku cemas dan bingung. Dia hanya bisa meneteskan air mata setiap kali memandang foto anak sulungnya itu.
Baharia yang tidak pernah frustasi mencari tahu keberadaan anaknya hanya bisa menggelar Shalat Tahajjud setiap malam agar kelak Tuhan memberi keajaiban dan kelak dirinya bisa bertemu kembali dengan anaknya.
“Setiap malam saya tak pernah lupa berdoa dan shalat Tahajjud agar kelak anak saya bisa kembali bertemu dengan pihak keluarga yang merindukannya di Polewali Mandar,” ujar Baharia dalam bahasa lokal Mandar sambil sesekali menyeka air mata yang menetes di pipinya.
Rumah panggung sederhana milik Baharia di lingkungan Patoke, Kelurahan Sulewatang, Kecamatan Polewali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini menjadi tempat Baharia berharap asa.
Hajrah pamit meninggalkan ibu dan dua adiknya ke Arab Saudi sejak lima tahun lalu dengan harapan dia kelak bisa memperbaiki taraf hidup dan perekonomian keluarganya. Jangankan mengirimkan riyal ke keluarganya di kampung halamannya, kabar Hajrah pun hingga kini tak pernah diketahui pihak keuarganya.
Baca juga: Dianiaya, Seorang TKW Rekam Perlakuan Kasar Majikannya Dengan Ponsel
Sebelumnya, Hajrah menjadi TKI sejak 2010 melalui salah satu penyalur jasa TKI yang berkantor di Jakarta. Hajrah direkrut oleh salah seorang penyalur jasa tenaga kerja atas nama hajja Darma, warga Pelitakan, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, lima tahun silam.
Menurut Rahma, adik kandung Hajrah, sejak keberangkatan kakaknya Hajra, cuma satu sekali berkomunikasi dengan pihak keluarga itu pun saat Hajrah masih dikarantina beberapa bulan di Jakarta sebelum berangkat ke arab Saudi awal Januari 2011 silam.
Sejak itu, pihak keluarga kehilangan kontak dengan Hajrah. Berbagai upaya telah dilakukan pihak keluarga untuk mencari tahu jejak Hajrah, namun hingga kini belum membuahkan hasil.
Pihak keluarga sudah bolak-balik ke rumah keluarga penyalur TKI di Palitakan, Kecamatan Tapango, namun tak ada kabar. Beberapa pekan lalu pihak keluarga juga sudah melaporkan kasusnya ke pihak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Polewali Mandar untuk meminta bantuan pemerintah agar anaknya bisa ditemukan jejaknya.
Namun hingga kini, pihak keluarga belum menerima respons. Keluarga Baharia bahkan telah meminta sejumlah tokoh agama untuk mendoakan agar anaknya kelak bisa diketahui keberadaannya. Belum juga ada hasil.
Rahma menduga kakaknya terjerat dalam sindikat perdagangan wanita internasional yang berkedok pengerah jasa TKI. Pasalnya, pihak yang merekrut juga tidak bisa memberi penjelasan mengenai keberadaan Hajrah.
Rahma berharap pemerintah setempat bisa memfasilitasi keluarganya untuk mencari tahu kabar keberadaan Hajrah di Arab Saudi melalui PJTKI di Jakarta.
"Terakhir komunikasi tahun 2011, sejak itu sudah tidak ada lagi kabar sampai sekarang. Kami pihak keluarga sangat ingin tahu keberadaanya karna hampir tiap malam ibu menangis memikirnya" katanya dengan mata berkaca-kaca.
Baharia berharap ada pihak yang bisa memfasilitasi keluarganya agar kelak bisa kembali bertemu dan berkumpul dengan Hajrah.
tenaga kerja wanita
Junaedi / Kompas.com
KOMENTAR