Selama tiga hari dua malam, NOVA menelusuri keindahan Pulau Bali dengan mengendarai All New Toyota Kijang Innova. Perjalanan dimulai sesaat begitu menginjakkan kaki di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Karena tiba menjelang makan siang, restoran berudara sejuk dengan panorama Danau Bratan yang terletak di kawasan Bedugul cocok dijadikan tujuan awal perjalanan kali ini.
Menempuh jarak sekitar 64 kilometer dari Bandara, dibutuhkan waktu sekitar 150 menit untuk sampai di restoran yang menyajikan beragam makanan khas Bali, Nusantara dan mancanegara ini. Tiba di restoran bernama DeDanau, hujan deras menyambut, membuat suhu udara turun.
Sambil menunggu pesanan makanan dan minuman, dari meja di teras lantai tiga restoran ini terlihat jelas pemandangan seluruh danau. Perlahan namun pasti, kabut yang bergelayut di atas bukit mulai turun menyelimuti danau sebelum akhirnya menipis dan menghilang bersama angin. Suasana ini menghadirkan panorama indah nan mistis yang membuat kami semakin menyadari keagungan Sang Pencipta.
Usai menikmati makanan yang disajikan, kami melanjutkan perjalanan ke penginapan Puri Bagus Lovina. Perjalanan menuju penginapan ini melewati perbukitan dengan jalan yang menanjak, menurun dan berkelok. Ditambah hujan yang membuat jalan licin, pengemudi dituntut untuk meningkatkan konsentrasi, ekstra berhati-hati dan menjaga kecepatan kendaraan.
Sesuai aplikasi peta digital, jarak restoran ke penginapan sekitar 33 kilometer. Setiba di penginapan, kami disuguhkan pemandangan cantik pantai dan laut lepas yang ketika dilihat lebih dekat bak sebuah foto yang tercetak di kartu pos. Alunan lembut musik tradisional Bali membawa lebih dalam kala menikmati keindahan alam. Membuat kami ingin segera berlari ke pantai untuk bermain ombak hingga senja menjelang. Barisan pohon kelapa, pantai bersih dan berpasir lembut menjadikan perjalanan hari pertama ini berakhir dengan sempurna.
Menuju Laut Lepas
Hari kedua di Bali dimulai saat jarum jam masih menunjukan pukul 05.00 WITA. Dimanjakan dengan langit cerah dan sinar matahari yang masih malu-malu, kami berkumpul di pantai. Menanti perahu bercadik yang akan membawa kami memulai pertualangan baru.
Menggunakan jaket keselamatan atau pelampung berwarna oranye, satu per satu wisatawan memasuki perahu yang terbuat dari kayu itu. Tak menunggu lama, perahu pun mulai meninggalkan bibir pantai dan melaju ke tengah laut, menuju lokasi berkumpulnya kawanan lumba-lumba liar dari jenis hidung botol.
Inilah saat yang membuat jantung berdebar, pasalnya tidak ada seorang pun yang dapat memastikan kapan dan di mana kawanan mamalia laut liar ini muncul. Namun ternyata, kekhawatiran itu sirna setelah belasan lumba-lumba menunjukan eksistensinya di sekitar perahu. Tanpa takut dan ragu, mereka mulai melompat ke udara. Sebuah momen menakjubkan!
Tujuan wisata utama di kawasan Lovina ini berlangsung cukup lama. Hingga mentari yang semakin tinggi, kawanan ini mulai menghilang dari pandangan. Seakan sebuah tanda bagi pengemudi perahu yang kami tumpangi untuk berbalik arah, kembali ke penginapan.
Usai sarapan dan membersihkan badan, perjalanan kembali dilanjutkan dengan tujuan kawasan wisata Kintamani. Peta memberi informasi rute yang akan dilalui dengan jarak sekitar 62 kilometer.
Seperti tujuan pertama saat memulai perjalanan ini, Kintamani memiliki pemandangan perbukitan berudara segar dengan suhu udara sejuk. Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini dapat menikmati keindahan alam Gunung dan Danau Batur. Gunung berapi yang masih aktif ini dan tercatat sebagai gunung tertinggi kedua di Bali setelah Gunung Agung.
Seperti lokasi wisata lain, Kintamani juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung wisata seperti penginapan dan tempat makan. Salah satu tempat makan yang bisa dicoba adalah Lakeview Restaurant. Pemandangan indah Gunung dan Danau Batur menemani makan siang di restauran yang menyediakan beragam jenis makanan dalam dan luar negeri itu.
Karya Maestro
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan tujuan museum yang berisi karya seni lukis hasil buah tangan Antonio Blanco yang terletak di kawasan Ubud. Perjalanan sejauh 33 kilometer itu kembali membawa kami melewati perbukitan dengan jalan yang berkelok. Meski jalan yang kami tempuh tidak terlalu lebar, kondisi aspal bisa dibilang mulus dan terawat baik. Sehingga perjalanan berlangsung nyaman dan lancar tanpa hambatan berarti.
Maestro seni lukis dunia bernama lengkap Antonio Maria Blanco ini lahir di Manila, Filipina pada 15 September 1912. Pria berdarah Spanyol yang meninggal pada 10 Desember 1999 itu tiba dan tinggal di Bali sejak tahun 1952. Karya suami Ni Ronji yang dinikahinya pada 1953 itu sudah mendunia dan menjadi koleksi tokoh ternama.
Beberapa karya ayah beranak empat ini masih tersimpan rapi dalam museum yang berdiri di area seluas 20.000 meter persegi. Museum bernama The Blanco Renaissance yang diresmikan pada tanggal 15 September 2001 silam itu kini dikelola oleh putra keduanya, Mario Blanco. Terletak di Jalan Raya Campuhan, Desa Sayan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, museum dibuka untuk umum dari pukul 09.00 hingga 17.00 WITA.
Perjalanan hari kedua ini berakhir setelah menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer dari museum ke sebuah lokasi bernama Maya Ubud. Hotel berbintang lima ini dikelilingi suasana alami dengan sungai, sawah dan pepohon rindang. Sore hari, burung-burung liar yang terbang bebas di sekitar hotel hinggap di ranting pohon sebagai tempatnya beristirahat.
Dari jendela kamar hotel, terlihat tupai dengan bulu berwarna cokelat berlarian di antara pepohonan. Sesekali mereka mengeluarkan suara seakan saling berinteraksi sebelum berkejaran, melompat dari pohon ke pohon. Suasana hotel yang masih alami menghadirkan ketenangan dan kenyamanan untuk menutup hari.
Perjalanan hari ketiga dan terakhir dimulai dengan berjalan-jalan di sekeliling hotel, menikmati taman berudara bersih dan segar. Setelah sarapan dan membereskan tas, kami kembali menyusuri rute sepanjang kurang lebih 35 kilometer menuju Bandara Ngurah Rai untuk pulang ke Jakarta.
Tak lupa ditengah perjalanan mampir membeli oleh-oleh dan menikmati sajian khas Ubud, Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku. Sesuai dengan namanya, Nasi Ayam Kedewatan memiliki beragam menu masakan dari ayam, seperti daging ayam suwir dan sate lilit dengan sambal pedas yang membuat penikmatnya berkeringat.
Edwin Yusman F.,
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR