Selama satu tahun, mereka bereksperimen untuk menemukan resep yang pas. Ketika akhirnya mulai berjualan pada bulan Februari, “Kami belum menemukan resep asli dan standar, jadi kami belum memakai merk. Bahkan, daun pisang pun belum kami gunakan sebagai bungkus,” ujar Mawir. Ide untuk menggunakan daun pisang sebagai bungkus burger bermula dari pemikiran bahwa masyarakat Indonesia rata-rata masih menggunakan daun pisang, yang notabene menjadi ciri khas negara tropis.
Sejalan dengan niat untuk membuat produk kuliner yang berciri Indonesia, Mawir dan kedua temannya lalu sepakat untuk menggunakan daun pisang sebagai bungkus burger mereka. Namun, setelah berjalan beberapa waktu ketiganya merasa burger dengan bungkus daun pisang menjadi terkesan standar. “Kami lalu mencoba cara baru dengan membakar dan mengukus. Ternyata proses ini tidak berpengaruh pada burger itu sendiri, malah jadi gosong waktu dibakar.”
Nah, setelah dicoba dimasukkan ke microwave, ternyata hasilnya lebih empuk dan harum karena daun pisang mengandung polifernol. Panas burgernya juga jadi lebih awet. Dari situlah, muncul ide untuk membuat roti burgernya berwarna hijau. Setelah berhasil melakukan uji coba dengan menggunakan pandan untuk lebih mendapatkan sentuhan khas Indonesia, sekitar sembilan bulan sejak pertama buka, burger ini diberi nama green burger.
Sejak itulah, burger racikan Mawir dan teman-temannya menemukan formula yang pas seperti sekarang. Pada bulan Oktober itulah, mereka mulai berani memasang papan nama. “Karena ciri khas burger kami terletak pada mayones, akhirnya nama burgernya menjadi Maio Greenburger. Di sini, hampir semua bahannya kami buat sendiri, termasuk mayones, saus barbekyu, dan lainnya,” papar Mawir. Bahkan, rencananya, dalam waktu dekat Maio Greenburger akan menjual saus mayones dan barbekyu mereka dalam kemasan botol.
Yang menarik, mayones ini dibuat secara manual dengan tangan, bukan mesin pengaduk. Konsep yang benar-benar matang dan serius yang mereka jalankan rupanya membuahkan hasil. Bermula dari empat meja ketika pertama kali kedai dibuka, kini Maio Greenburger diperluas dan menambah tiga meja lagi. Dalam sehari, Maio berhasil menjual 20-30 burger pada hari biasa dan 80 porsi saat akhir pekan.
“Dulu, waktu awal belum pasang papan nama, pernah dalam sehari laku hanya 1-2 buah. Bahkan, pernah sama sekali enggak laku walaupun harganya dulu masih Rp11.000-Rp12.000,” ujar pria ramah ini. Dulu, Mawir dan teman-temannya yang terjun langsung memproduksi dan melayani pembeli, lalu mulai merekrut seorang pegawai. Namun, kini Maio memiliki empat pegawai. Varian burger hijau ini pun makin banyak.
Selain green burger yang dijual dengan harga Rp21.000, ada pula maio 22 seharga Rp30.000 di mana burgernya terdiri dari dua patty dan dua helai keju. Maio juga menyediakan crying burger, burger dengan dua level pedas, yaitu menangis dan tersenyum serta menangis terbahak-bahak. “Menangis dan tersenyum maksudnya yang makan menangis karena pedasnya, sehingga membuat temannya tersenyum,” papar Mawir yang juga berprofesi sebagai konsultan merek.
Ada juga chicken burger dengan harga Rp16.000. Semua burger ini menggunakan roti hijau, walaupun pembeli juga bisa memilih roti retro atau roti burger dengan warna pada umumnya. Tak hanya dari Bandung, pembeli Maio juga datang dari Jakarta, kota-kota di Jawa Barat, bahkan Batam, Medan, dan Makassar. Sebetulnya, tutur Mawir, permintaan untuk membuka waralaba sudah banyak.
Namun, sejauh ini waralaba Maio baru ada di Sukabumi mengingat jarak relatif dekat dan produksi yang masih terbatas. Meski sudah berjalan bagus, Mawir dan teman-temannya tetap sering ikut kursus untuk meningkatkan kemampuan. Mawir sendiri bertugas di bidang marketing, Taufik bertanggungjawab untuk urusan produksi, dan Rifki mengurus sosial media dan HRD. Selain di Facebook, Maio juga berpromosi lewat Twitter dengan akun @maioburger dan Instagram dengan nama maio greenburger.
Blacklisted Coffee, Burger Hitam Dari Arang
Bila Anda ingin menyantap burger yang berbeda dari burger kebanyakan, datanglah ke Blacklisted Coffee (BC). Di kafe yang juga menyajikan menu pasta, salad, dan lainnya ini, burger tersedia dalam warna hitam atau black burger. Warna hitam dari bun atau roti burgernya didapat dari arang (charcoal) yang aman untuk dikonsumsi (food grade).
Yang menarik, hampir semua bahan baku untuk burger hitam ini dibuat sendiri di dapur Blacklisted Coffee (BC), termasuk bun, onion ring, honey mustard sauce, dan patty atau daging burger yang terbuat dari daging sapi Australia cincang. Dengan demikian, selain mereka tahu persis apa saja bahan yang digunakan, resep otentik ini menjadi ciri khas kafe yang buka di Mal Puri Indah pada 2012 ini, lalu menyusul di Street Gallery Mal Pondok Indah dan Mal Lotte Shopping Avenue. Bunnya yang bertabur wijen ini sendiri dibuat sedemikian rupa sehingga bagian luarnya terasa crunchy tapi tetap lembut di bagian dalam.
KOMENTAR