Tabloidnova.com - Dua kepala sekolah SMA swasta dan petugas tata usaha di Makassar yang diduga menjadi pengedar kunci jawaban soal-soal Ujian Nasional (UN) diciduk aparat dari Polres Soppeng dibantu Polrestabes Makassar, Selasa (5/4/2016) sekitar pukul 16.00 Wita.
Mereka adalah Kepala Sekolah SMA Makassar Raya Fatahuddin (58), Kepala Sekolah SMA Citra Mulia Makassar Mattawang (37), dan staf tata usaha SMA Makassar Raya bernama Ansar (28).
Ketiganya diringkus di rumahnya masing-masing di Makassar.
Fatahuddin, Mattawang, dan Ansar ditangkap berdasarkan keterangan tiga pelaku yang ditangkap sehari sebelumnya, Senin (4/4/2016), di Kabupaten Soppeng karena tertangkap mengedarkan kunci jawaban UN.
Fatahuddin mengatakan, dia membuat kunci jawaban untuk siswanya yang saat ini sedang mengikuti ujian.
"Lembar-lembar kunci jawaban itu bukan untuk saya jual atau disebarkan ke orang lain, tetapi hanya untuk siswa saya yang sedang ujian," kata dia saat ditemui di Posko Resmob Polres Panakukkang.
Dia mengaku membuat kunci jawaban itu dari naskah-naskah ujian yang diambil dari bawah meja di ruangan kerjanya di sekolah, yang disisipkannya saat penyortiran soal.
"Saya sisipkan beberapa soal di bawah meja waktu penyortiran soal," ungkap dia.
Naskah-naskah UN dari semua mata pelajaran yang diujikan itu digandakan lalu dibagi ke rekannya, Mattawang dan Ansar, untuk dijawab dan dibuatkan kuncinya.
Kunci jawaban yang dibuat adalah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kimia, Geografi, Matematika, Biologi, dan Sosiologi.
Baca juga: Penjual Kunci Jawaban Ujian Nasional Ditangkap, Uang Rp 8 Juta Disita
Sementara itu, kunci jawaban untuk mata pelajaran pada hari terakhir, yakni Bahasa Inggris, Fisika, dan Ekonomi belum sempat disebar karena telanjur terungkap polisi.
Dia mengaku nekat melakukan aksi terlarang itu lantaran takut siswanya ada yang tak lulus ujian.
"Saya takut kalau banyak siswa yang tidak lulus. Kalau banyak yang tidak lulus, maka peminat untuk masuk ke sekolah di tahun ajaran baru pasti akan menurun," ujar Fatahuddin.
Dia juga mengaku tak tahu bagaimana bisa kunci jawaban yang dibuat bisa beredar sampai di Kabupaten Soppeng hingga membuatnya berurusan dengan polisi.
"Saya tidak tahu kenapa bisa sampai di sana (Soppeng), padahal saya hanya memberi siswa saya," tuturnya.
Fahrizal Syam / Tribun Timur
KOMENTAR