Terbilang bukan hal baru, isu tidak memiliki anak atau hanya cukup satu anak dalam sebuah konsep keluarga modern memang terbukti ada.
Bisa dikatakan, kultur dan persepsi banyak keluarga di Negara barat yang diadopsi oleh sebagian kecil pasangan suami istri di Indonesia. Dikaruniai anak tidak menjadi prioritas bagi pasangan modern sehingga kehadiran seorang buah hati pun bukan menjadi tujuan utama merasakan kebahagiaan seutuhnya pernikahan.
Apakah semuanya sekedar mengikuti tren saja? Atau apakah ini menjadi konsep yang berhasil ditanamkan oleh pemerintah untuk tidak memiliki anak lebih dari dua? Ayoe Sutomo, psikolog kenamaan, menjawab rasa penasaran tabloidnova.com soal pasangan modern anti konsep banyak anak banyak rezeki.
Baca: Fenomena Masa Kini: Suami Istri Lebih Toleran Bila Pasangan Selingkuh?
“Faktor sosial menjadi pemicu utamanya. Namun, banyak dan begitu mudahnya akses atas paparan informasi yang diakui menggeser konsep banyak anak banyak rezeki. Akses informasi memuat tentang plus minus serta konsekueinsi positif dan negatif atas keputusan memiliki anak memberi pertimbangan bagi pasangan modern muda,” ujar Ayoe.
Ditambahkannya lagi, pergeseran nilai saat ini yang membuat individu semakin bersikap individualis untuk membuat keputusan seperti yang diambil oleh banyak pasangan muda.
Baca: Survei: Perempuan Modern Lebih Suka Pria 'Berondong'
“Ya, pasangan muda tidak lagi bergantung pada nilai atau pendapat sosial lingkungan pada umumnya. Ini juga jadi salah satu faktornya,” papar Ayoe.
Ayoe pun tidak menampik kesadaran akan tingginya biaya memiliki anak dan investasi waktu yang perlu dihabiskan ketika memilih untuk memiliki anak. Soal hal tersebut, lagi-lagi, pasangan kemudian mempertimbangkan secara matang tentang keputusan mereka akan kehadiran buah hati.
KOMENTAR