Baik virus Zika maupun virus dengue sama-sama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala infeksi kedua virus ini pun hampir mirip, yaitu demam.
Namun, ada beberapa gejala yang membedakan ketika seseorang terinfeksi virus Zika atau dengue yang menyebabkan demam berdarah dengue (DBD). Dr Ari Fahrial Syam, PhD, FACP dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) memaparkan gejala seseorang terkena virus zika:
1. Mata merah. Jika ada pasien yang demam kemudian matanya merah karena mengalami radang konjungtiva, sebaiknya segera periksa ke dokter.
2. Sebagaimana infeksi virus pada umumnya, saat seseorang terkena virus ini akan mengalami demam mendadak dan lemas.
3. Di kulit badan, punggung dan kaki akan muncul kemerahan.
4. Nyeri otot dan sendi.
5. Pada pemeriksaan laboratorium akan terjadi penurunan kadar sel darah putih (leukosit).
6. Masa inkubasi virus Zika sama dengan DBD
7. Panas tidak kelewat tinggi.
8. Kadar trombosit normal.
Baca: Waspada Virus Zika, Ditularkan Nyamuk dan Bahaya untuk Ibu Hamil!
Sedangkan, demam berdarah biasanya disertai dengan gejala lainnya, yaitu:
1. Pasien juga akan merasakan sakit kepala.
2. Terjadi penurunan trombosit (penderita virus zika hanya mengalami penurunan leukosit)
3. Mual dan muntah karena terjadi perdarahan di perut.
4. Mimisan, bintik-bintik merah (kadang)
5. Panas tinggi
Baca: 8 Cara Mencegah Penularan Virus Zika
Karena sekilas mirip DBD, sering kali infeksi virus Zika tidak terdeteksi. Bahkan gejalanya pun lebih ringan dari DBD. "Dokter juga harus berhati-hati, jangan menyepelekan gejala infeksi virus yang dialami ibu hamil karena tidak ada gejala yang khas," katanya.
Mereka yang terinfeksi virus zika dianjurkan untuk banyak istirahat, mengonsumsi cukup cairan, serta minum obat untuk mengurangi demam dan nyeri persendian.
Ari mengungkapkan, virus Zika sebenarnya sudah lama ada, termasuk di Indonesia. Infeksi itu pun selama ini tidak lebih berbahaya dibanding terkena DBD.
Namun, saat ini, infeksi virus Zika pada ibu hamil dicurigai menyebabkan bayi lahir dengan mikrosefali atau kepala kecil karena gangguan perkembangan otak.
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR