Karakter tanggung jawab harus ditanamkan melalui proses yang berkesinambungan sejak dini. Terlebih di era teknologi sekarang.
“Sejak diberikan smartphone, anak kami jadi kurang tidur. Dia jadi kurang fokus belajar dan sulit bangun pagi. Mau saya ambil lagi HP-nya tapi serba salah, soalnya guru dan teman-temannya sering komunikasi mengenai PR dan tugas-tugas lewat aplikasi messenger. Dia juga perlu google untuk membantu mengerjakan tugas. Jadi dilematis deh. “
Kira-kira seperti itulah keluh kesah orangtua saat ini. Menurut Julia Napitupulu, S.Psi. Psikolog., dari Radani Emotional Intelligence Centre, sebetulnya orangtua tidak perlu terjebak dalam dilema seperti itu. Sebab tak manusia yang terlahir dengan karakter tanggung jawab. Semua itu harus ditanam, dipupuk, dievaluasi.
“Karakter tanggung jawab harus ditanamkan, dipupuk, dievaluasi dan seterusnya, melalui proses yang berkesinambungan. Ketika individu ‘lulus’ untuk menjalankan tanggung jawab dalam skala kecil, ia kemudian akan dipercayakan tanggung jawab dalam skala yang semakin besar. Itulah fitrah perjalanan manusia,” papar Julia yang juga aktif di Lembaga Manajemen FEB UI.
Karena itu, orangtua sebagai pihak utama dan pertama yang ‘dititipkan’ anak, berkewajiban untuk membangun karakter bertanggung jawab pada buah hatinya.
Lalu, kapan waktu terbaik untuk mulai membangun karakter tanggung jawab? Semakin dini sebuah perilaku moral dibangun maka akan semakin tertanam.
Melatih tanggung jawab dapat dimulai sejak anak sudah cukup bisa berkomunikasi dengan orangtuanya, biasanya ketika menginjak usia 3 tahun.
Baca: Beri Tanggung Jawab Sesuai Usia Anak
Nah, Sahabat NOVA, agar makin efektif tentu perlu dipahami dulu 10 hal ini saat Anda mendidik anak soal tanggung jawab:
1. Usia TK
Ketika anak masih di usia TK, tanggung jawab diarahkan untuk melakukan sendiri kegiatan fisik dengan memberikan toleransi kepada kualitas yang sesuai usia.
2. Usia SD
Ketika anak menginjak usia SD, tanggung jawab diarahkan untuk melakukan kegiatan sekolah dengan mandiri dengan kualitas yang lebih baik.
3. Berikan Alasan
Ketika orangtua mengajarkan mengenai perilaku tanggung jawab tertentu, selalu sampaikan alasan (why) yang ada di balik perilaku tersebut, khususnya alasan moral. Misal, tugas kelompok harus dikerjakan sesuai deadline yang ditetapkan guru. Jika tidak, keterlambatan tersebut akan merugikan seluruh kelompok.
Alasan moral yang ada di balik sebuah perilaku bertanggung jawab akan membuat anak paham bagaimana dampak perilakunya terhadap orang-orang di sekitarnya.
Baca: Ikang Fawzi Terapkan Jam Malam Untuk Anak Perempuannya
4. Selalu Sesuaikan dengan Usia Anak
Pastikan bahwa kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan sudah sesuai dengan usia anak. Misal, kepercayaan untuk berjejaring sosial. Orangtua pelajari dulu batas minimumnya sehingga dipastikan bahwa kepercayaan sesuai dengan tahapan usia anak.
5. Edukasi Saat Memberi Fasilitas
Melatih tanggung jawab juga dapat diberikan bersamaan dengan fasilitas. Misal, HP hanya bisa digunakan untuk SMS atau menelepon. Sebelum HP diserahkan, edukasi dulu anak mengenai fungsi, manfaat, dan cara menjaga fasilitas tersebut.
6. Jelas dan Tegas
Berikan batasan dan instruksi yang jelas, terkait dengan waktu, durasi, tempat sehingga anak mudah untuk menjalankan komitmennya. Di lain pihak, orangtua juga akan lebih mudah mengevaluasi perilaku tanggung jawab anak jika batas-batasnya jelas.
Berikan konsekuensi yang jelas saat anak tidak melakukan tanggung jawabnya. Konsekuensi ini dikomunikasikan dulu di awal sehingga anak dapat menerimanya dengan baik.
Baca: Memberi Tugas Rumah Tangga Mengajarkan Anak Tanggung Jawab
7. Toleransi pada Alasan Anak
Beri ruang untuk toleransi. Jika pada suatu waktu, anak tidak mampu menuntaskan tanggung jawab sesuai targetnya, dengarkan penjelasan anak terlebih dahulu. Misal, seharusnya anak tidur jam 22.00, namun suatu saat karena banyak PR maka ia sampai tidur lewat jam 23.00.
Orangtua perlu menggali lebih dulu situasinya. Ruang toleransi ini diperlukan untuk melatih kebijaksanaan anak agar tidak terjebak kepada pelaksanaan sebuah peraturan secara kaku “hitam putih”, namun dapat beradaptasi sesuai dengan tuntutan konteksnya.
Baca: Anak Susah Mandiri Jika Orangtua Tidak Memberi Kesempatan
8. Biarkan Anak Merasakan Konsekuensi
Hindari “menyelamatkan” anak dari konsekuensi dari tindakan mereka. Biarkan anak mempertanggungjawabkan perbuatannya ketika ia terlambat bangun sehingga terlambat datang ke sekolah, lupa membawa PR. Konsekuensi yang ia terima akan membuat tanggung jawabnya lebih terbentuk.
9. Ingat! Selalu Ucapkan Kata-kata Positif
Selalu dorong perilaku bertanggung jawab anak dengan kata-kata positif, semangat, pujian. Bangun suasana yang fun juga saat melatihkan sebuah tanggung jawab.
10. Berikan Contoh
Sesekali ajak anak ikut saat orangtua sedang bekerja. Biarkan anak melihat bagaimana Anda melakukan tanggung jawab Anda dengan bahagia. Tidak ada cara yang lebih baik mengajarkan perilaku bertanggung jawab dibandingkan secara konsisten memperlihatkan perilaku bertanggung jawab di hadapan anak.
Hilman Hilmansyah/NOVA
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR