Jika seseorang divonis kanker payudara, dalam dunia medis terdapat beberapa jenis pengobatan. Mulai dari terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormon, terapi obat hingga bedah (operasi).
Terkait bedah, ada banyak jenis operasi kanker payudara, dari mengeluarkan benjolan (lumpectomy atau operasi konservasi payudara) hingga menghapus seluruh payudara (mastectomy).
Beberapa perempuan juga memilih untuk memulai rekonstruksi payudara pada saat yang sama dengan mastektomi mereka. Tapi ada juga yang memilih bedah rekonstruksi di bulan atau tahun berikutnya.
Baca: Jenis Pengobatan Kanker Payudara
Namun, tentu saja jika cara terakhir yang ditempuh, membuat banyak perempuan menjadi dilema dan stres. Terutama risiko usai payudara diangkat. Belum lagi reaksi pasangan dan lingkungan sosial mengingat kondisi tubuhnya tak utuh lagi.
Bedah tersebut sejatinya dilakukan untuk menekan risiko penyebaran sel kanker. Namun, ilmu kedokteran tentu terus berkembang seiring kemajuan zaman. Pada akhirnya, pengangkatan payudara tak lagi menjadi solusi satu-satunya untuk membasmi sel kanker tersebut.
“Pada stadium dini (awal), apabila benjolan berukuran dibawah 1 cm maka hanya benjolannya saja yang dibuang. Jika sudah terjadi pembusukan, harus dikemoterapi. Namun, jika stadiumnya sudah lanjut (kanker ganas), maka payudara harus diangkat,” urai Dr. Hardinah Sabrida selaku Dokter Deteksi Dini Kanker dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
Baca: 3 Perbedaan Tumor Jinak dan Kanker Payudara
Ia juga menjelaskan, sering terjadi keluhan benjolan yang mengganggu pada ibu-ibu yang usai menyapih anaknya. “Saat menyusui, pumping ASI dengan alat saja tak cukup, anak harus menyusui langsung dan ini baik untuk mencegah adanya kanker payudara.”
Jika sudah selesai memberikan ASI, tak jarang payudara membengkak karena kelenjar yang masih aktif.
“Kondisi tersebut, mastitis, harus diangkat benjolannya. Selesai itu tak ada risiko kanker. Namun, jika ada benjolan setelah masa menyapih, sebaiknya jika usia dibawah 35 tahun langsung USG. Kalau diatas 35 tahun, lakukan mamografi rutin setahun sekali,” sarannya.
Baca: Yang Dilakukan Dokter Saat Mamografi
Dr. Hardinah juga menjelaskan usai operasi, sebenarnya pasien bisa melakukan aktivitas seperti biasa. “Dalam arti yang sewajarnya. Bisa angkat barang sampai 2,5 kilo. Yang terpenting jangan anggap dirinya pesakitan.”
Cuma ingat, tetaplah menjaga atau mengubah kualitas hidup agar lebih baik. Termasuk pola makan. “Pasien boleh makan apa saja, asal jangan yang dibakar-bakar, mengandung pengawet, dan jenis makanan frozen food. Sebaiknya tidak dikonsumsi.”
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR