Berdasarkan data OECD PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012 pada kategori matematika dan sains, kondisi proses pembelajaran matematika di Indonesia kini masih berada di peringkat bawah.
Hasil ini jauh dari Vietnam yang berada di urutan 17 di mana negara ini telah memperbolehkan siswanya untuk menggunakan kalkulator dalam proses pembelajaran.
Sebagai salah satu penyedia tools pendidikan, CASIO memahami bagaimana kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu bangsa. Karena itu, melalui program CASIO For Education, CASIO ingin mendukung pembangunan generasi muda Indonesia untuk mempunyai kompetensi tinggi dan sanggup bersaing.
“Sebagai wujud dari komitmen tersebut, kami ingin membantu proses belajar dengan menyediakan tools yang medukung, yaitu kalkulator. CASIO memahami betapa pentingnya untuk membuat proses belajar jadi menyenangkan, sehingga pelajar Indonesia tak lagi hanya fokus pada kalkulasi tetapi lebih banyak memiliki waktu untuk eksplorasi mathematical thinking,” ungkap Yasuhiro Ito, General Manager of Consumer Product CASIO Japan.
Baca: Umur Berapa Anak Boleh Pakai Kalkulator untuk Belajar Matematika?
Bekerja sama dengan para pengajar dan ahli pendidikan Indonesia, CASIO menciptakan CASIO FX-991 ID Plus yang merupakan kalkulator ilmiah pertama berbahasa Indonesia.
CASIO FX-991 ID Plus ini juga dibuat khusus untuk siswa Indonesia sehingga semua notasi matematika dan isi di dalamnya telah disesuaikan dengan kurikulum SMP/SMA/SMK dan Statistik Dasar (Perguruan Tinggi) di Indonesia.
Baca: Belajar Matematika Pakai Kalkulator Bikin Anak Lebih Cerdas, Asal....
CASIO menyadari, seiring dengan perubahan jaman, proses belajar pun ikut berubah termasuk pembelajaran matematika. Jika dulu guru merupakan satu-satunya sumber pengetahuan, maka kini para pelajar dituntut lebih aktif dan kreatif dengan dukungan teknologi, tanpa mengurangi proses belajar itu sendiri.
“Di masa kini, matematika tidak lagi menjadi satu subjek pelajaran. Matematika telah menjadi kesatuan dengan aspek keseharian. Melalui proses pelajaran matematika, siswa dirangsang untuk berpikir kritis, bereksplorasi dan meningkatkan kemampuan problem solving dan penalaran dalam menggali masalah, memahami pertanyaan, atau memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut,” jelas Prof. Dr. ret. nat. Widodo. M.S, Guru Besar Matematika dari Universitas Gadjah Mada.
Penggunaan teknologi seperti kalkulator diperlukan untuk menggali berbagai kemungkinan alternatif penggunaan metode secara cepat dan solutif, sehingga siswa dapat menggunakan waktu untuk pengembangan hasil jawaban mereka ke langkah selanjutnya.
Dengan bantuan teknologi seperti kalkulator ilmiah atau saintifik oleh pengajar atau siswa, siswa dibantu dan dipersingkat waktunya dalam melakukan perhitungan atau kalkulasi, sehingga dengan waktu belajar yang sama, siswa dapat lebih fokus mendalami problem solving.
Hal ini sekaligus untuk membuka cakrawala para siswa bahwa matematika tidaklah sesulit yang dipersepsikan, dan tidak ada lagi kekhawatiran akan efek tools kalkulator yang membuat siswa menjadi malas belajar.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR