Duka menyelimuti keluarga korban ledakan bom molotov di Gereja Oikumene, Sengkotek, Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Intan Olivia Marbun, anak balita berusia dua tahun itu meninggal dunia setelah sempat mendapatkan perawatan di RSUD AW Sjahranie, Samarinda.
Balita mungil ini mengalami luka bakar hingga 80 persen dan trauma di bagian paru-paru yang membuat nyawanya tak tertolong.
Seperti diberitakan sebelumnya, ledakan bom molotov terjadi di depan Gereja Oikumene, Samarinda pada Minggu (13/11/2016) pagi. Empat orang anak-anak menjadi korban dan mengalami luka-luka dihantam bom yang diledakkan seorang mantan narapidana kasus terorisme.
Saat kejadian, anak-anak itu bersama orangtua mereka, yang tengah beribadah dipimpin pendeta Elmun Rumahorbo, sekitar pukul 10.15 Wita. Dari 4 balita yang menjadi korban, salah satunya adalah Intan.
Baca: Duka Lara Para Istri Korban Bom
Senin (14/11/2016) pagi, Intan pun menghembuskan napas terakhirnya. Hujan deras yang mengguyur kawasan Loa Duri, bercampur dengan isak tangis keluarga yang mengiringi jenazah hingga liang lahat.
Agustini hanya bisa meneteskan air mata saat melihat foto Intan lewat layar ponsel. Perempuan berkulit putih ini terakhir bertemu Intan tiga pekan lalu. Intan dibawa orangtuanya melayat ke rumah bibinya, Dewi Sartika boru Banjarnahor (34).
Dewi adalah saudara perempuan Anggiat Manumpak Banjarnahor, ayah Intan. Intan menyapa Dewi dengan sebutan namboru atau bou.
"Ketika Intan datang kemarin kondisinya sehat, hanya badannya hangat karena kangen dengan tantenya (adik ibunya). Begitu di sini, dia (Intan) melihat mediang kakak saya (Dewi). Tapi dia takut, enggak berani. Saat mau dikubur, Intan merengek ingin lihat bou-nya. Ketika jenazah mau dibawa ke dalam mobil, Intan bilang, 'Dadah Bou, tenang di surga'," cerita Agustini.
Baca: Kisah Dina Terlempar Dari Kursi Saat Ledakan di Starbucks Sarinah
Setelah menghadiri pemakaman Dewi di Simalingkar pada 25 Oktober lalu, Intan bersama keluarga besarnya ke Aek Kenopan, Labuhan Batu Utara. Mereka melayat ke rumah opung Intan yang juga meninggal karena sakit.
"Sebulan lalu, kakak saya (Dewi, korban begal) meninggal sekitar pukul 20.30 WIB pada Senin (24/10/2016). Hanya berselang beberapa menit, orangtua saya meninggal dunia di kampung karena sakit. Dan sekarang pada hari Senin juga keponakan saya meninggal dunia. Tuhan berat kali cobaan ini, kami kena musibah terus," ratap Agustini.
"Saya bilang Tuhan enggak adil, kenapa buat cobaan bertubi-tubi? Cuma di bilang kakak tadi, sabar, Dek, Tuhan buat cobaan enggak di batas kemampuan umatnya. Tapi kenapa harus kena keluarga Banjarnahor? Tuhan ampuni kami. Keluarga di sana, Abang harus tabah menghadapi ini," ujar dia.
Baca: Rico Jadi Korban Ledakan Bom Saat Ditilang di Pos Polisi Sarinah
Dia berharap pelaku bom di Gereja Oikumene mendapat hukuman yang berat. Terlebih lagi, perbuatannya telah menewaskan keponakannya yang masih anak balita.
Kejadian malam yang beruntun ini membuat Agustini sangat sedih. Dalam sebulan ia kehilangan tiga anggota keluarga, yakni ibunya, kakak kandungnya Dewi, dan Intan, keponakannya.
Kompas.com, Tribun Medan
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR