Tahun 2017 sudah di depan mata. Resolusi tahun depan mulai disusun. Dalam hal pengasuhan anak pun Anda bisa menentukan sebuah resolusi. Tapi ingat, tak kalah penting bagaimana kita mengapresiasi anak ketika berhasil atau belum berhasil dalam mencapai target yang telah ditentukan.
Dikatakan Monika Puspa Dewi, M.Psi., Psi. Psikolog dari Sekolah High Scope Indonesia, pada tahap awal biasanya orangtua yang menetapkan target-target pada anak.
Tentunya target ditetapkan sebaiknya sesuain batas minimal dan maksimal kemampuan anak.
“Artinya, target tersebut tidak boleh terlalu mudah sekaligus tidak terlalu sulit bagi anak untuk mencapainya. Soalnya, bila terlalu mudah ia akan meremehkan, pun bila terlalu sulit ia malah bisa frustasi karena tidak bisa mencapai target.”
Nah, masing-masing anak memiliki target spesifik sesuai tahap perkembangannya.
Semakin bertambah usia Si Kecil, tanggung jawab atau target yang diberikan tentu akan lebih banyak. Maka orangtua perlu menstimulasi anak sesuai tahap perkembangannya agar target tercapai.
Baca: Trik Atasi Kebiasaan Anak Merengek Saat Minta Jajan di Supermarket
Target untuk Bayi
Target pencapaian untuk anak usia bayi (0-1 tahun) umumnya lebih terkait dengan kemampuan motorik dan bahasa. Adapun kemampuan motorik yang perlu dicapai adalah berupa gerak refleks, koordinasi motorik dan perkembangan fisik.
Sebagai contoh, anak harus mencapai tahapan mengangkat kepala, duduk, merangkak dan berdiri hingga akhirnya bisa berjalan.
Orangtua dapat menstimulasi agar bayi aktif bergerak. Contohnya, Ibu memegang mainan favoritnya dan minta si Kecil untuk merangkak kearah ibu. Aktivitas sederhana seperti ini membantu ia untuk belajar mencapai target.
Baca: Orangtua, Begini Cara Mengasuh dan Mendidik Anak Generasi Alfa
Target untuk Batita
Perkembangan kognitif anak usia 1-3 tahun (batita) makin berkembang. Karena itu, target yang ditetapkan lebih tinggi. Ia mulai bisa diajarkan beberapa tanggung jawab seperti makan sendiri, memilih mainan/aktivitas yang disukai, serta diajarkan merapikan mainan sendiri.
Selain itu, ibu perlu mengatur rutinitasnya, seperti waktu bangun tidur, makan pagi/siang/malam atau kudapan, bermain, mandi dan waktu tidur. Rutinitas berfungsi mengajarkan anak mengatur diri pada waktu-waktu tertentu.
Sebagai contoh, ajak ia merapikan mainannya sendiri, ajarkan ia memegang alat makan lalu makan sendiri tanpa disuapi. Yang pasti, dampingi ia saat melakukan hal-hal tersebut.
Baca: Psikolog: Orangtua Wajib Tahu Batasan Ketika Mendidik Anak
Target untuk Prasekolah
Di usia prasekolah (4-6 tahun), selain melakukan rutinitas yang ditetapkan, ia mulai dilatih bertanggung jawab dalam proses bersekolah.
Misal, dimulai saat bangun pagi, ajarkan ia merapikan tempat tidur sendiri, mandi, memakai baju, sarapan hingga menyiapkan tas, memakai kaus kaki, sepatu dan sebagainya. Seperti saat di usia batita, direntang usia ini pun orangtua perlu mendampingi dan bantu bila ia mendapat kesulitan.
Baca: Ajari Anak Menghindari Ancaman Penculikan Sesuai Usia
Target untuk Usia Sekolah
Target untuk anak usia sekolah dan praremaja (6-12 tahun), biasanya berkaitan dengan akvitas sekolah dan rutinitas sehari-hari. Misal, belajar sesuai jadwal yang ditentukan, menyelesaikan PR, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana, mengganti pakaian seragam usai sekolah dan menyimpan baju tersebut ke tempat cucian.
Pada usia praremaja atau sekitar 10-12 tahun, anak juga bisa diajarkan menetapkan targetnya sendiri. Misal, anak ingin memiliki sepeda atau sepatu baru maka orangtua dapat melatihnya untuk menabung. Seiring waktu, anak akan terbiasa melakukan berbagai hal tanpa terlebih dulu disuruh atau diingatkan lagi. Secara otomatis ia akan melakukan rutinitas sehari-hari sesuai jadwal yang ditetapkan.
Baca: Manajemen ASI, 21 Tips Sukses Menyusui Setelah Kembali Bekerja
Dua Peran Orangtua
Berikan Reward
Tak kalah penting, bila anak bisa mencapai target yang telah ditetapkan, orangtua perlu memberikan reward atau penghargaan. Hal ini bertujuan agar ia makin termotivasi untuk mencapai target pada setiap kesempatan yang diberikan.
Reward tidak perlu berupa hadiah atau barang. Untuk anak usia 0-5 tahun, penghargaan bisa berupa sentuhan seperti pelukan, belaian, dan ciuman. Anak akan merasa senang bila mendapat ekspresi kasih sayang dari orangtua.
Kemudian, untuk anak usia 3-12 tahun, kita bisa berikan pujian sambil tersenyum. Misalnya, “Kamu hebat sekali, sudah bisa merapikan mainan sendiri”, “Ibu senang karena Adik pintar, sudah bisa belajar sendiri”, “Anak ibu baik sekali mau membantu merapikan tempat tidur”.
Berikan pujian yang tulus sehingga anak merasakan kasih sayang yang tulus juga.
Baca: Dampak Negatif Terlalu Sering Berikan Hadiah pada Anak
Bila Tak Tercapai
Bila anak gagal mencapai targetnya, orangtua perlu terus memberi dukungan agar ia berhasil mencapai target. Yang pasti, hindari sikap menyalahkan anak.
Untuk anak batita bila ia tak mencapai target, orangtua perlu terus memberi semangat. Misal, saat anak belum bisa makan sendiri, “Yuk, kita belajar lagi pelan-pelan. Tak apa-apa kotor atau masih berantakan. Adek pasti bisa.”
Untuk usia prasekolah, orangtua bisa menunjukkan akibat yang terjadi apabila ia tidak mencapai target. Jelaskan juga cara yang tepat agar ia bisa mencapai targetnya.
Misal, bila anak lupa merapikan mainan, orangtua bisa mengatakan, “Wah, mainan Adik masih berantakan ya. Kalau Ibu tak sengaja menginjak mainanmu nanti ibu bisa jatuh. Ayo coba rapikan mainannya ya.”
Baca: Agar Teguran Efektif, Hindari Kata "Jangan" Saat Memarahi Anak
Untuk usia 6-12 tahun, orangtua bisa mengajak ia berdiskusi dengan menanyakan:
Dengan mengajak anak berdiskusi, orangtua juga melatih kemandirian anak untuk berefleksi atas perbuatannya. Dengan demikian, anak akan lebih mudah memperbaiki kesalahan yang dilakukan.
Baca: Ini Ciri Sikap Orangtua yang Kebablasan Saat Marahi Anak
Dua Penyebab Kegagalan
Faktor Internal
Contohnya, terkait kemampuan mengingat dan kemampuan berpikir panjang. Anak yang mudah mengingat akan mudah mengingat target atau tanggung jawab yang ia miliki.
Akan tetapi, pada anak yang mudah lupa perlu untuk sering diingatkan agar mencapai target atau mengerjakan tanggung jawabnya
Faktor Eksternal
Adalah orangtua dan guru (bagi anak usia sekolah) yang memengaruhi terjadinya kegagalan, seperti kurang konsisten akan target yang diberikan pada anak, terlalu banyak membantu bahkan melayani anak, guru membiarkan anak didik saat ia tidak menyelesaikan tugas.
Hilman Hilmansyah/Tabloid NOVA
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR