Pasca gempa bumi berkekuatan 6,5 SR mengguncang Pidie Jaya, masyarakat Aceh mulai merangkak mengembalikan kehidupan seperti semula. Meunasah bagi masyarakat Aceh ibarat langkah awal memulai segalanya, bukan sekadar tempat beribadah, dan kegiatan kerohanian lain di masyarakat.
Menelisik lebih dalam, meunasah merupakan rumah peradaban kokoh di masyarakat. Kegiatan kemasyarakatan seperti rapat dan musyawarah dalam membangun desa, pasti berawal dari meunasah.
Peran meunasah sangat krusial, hingga akhirnya Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkomitmen membangun kembali meunasah di Bumi Serambi Makkah.
Program pembangunan kembali meunasah yang rusak pun digulirkan, mulai dari Meunasah Krueng yang berada di Desa Grong Grong, Kec. Meureudu, Kab. Pidie jaya, Aceh. Lokasi ini dipilih karena dampaknya yang memprihatinkan. Bangunan meunasah nyaris tidak bisa diperbaiki sehingga harus dibangun ulang.
Meunasah Krueng akan jadi titik awal proses pembangunan jangka panjang yang diinisiasi oleh ACT. Sebuah monumen peradaban kembali dibangun demi menyambung sejarah budaya luhur masyarakat desa Grong Grong.
“Tim konstruksi sudah mulai didatangkan ke lokasi untuk membangun meunasah pertama. Ada sekitar 150 unit masjid dan meunasah yang harus di rekonstruksi. Insya Allah hingga akhir Desember, ACT berupaya untuk merekonstruksi 10 meunasah yang siap dibangun berkat gerakan kepedulian dari donor kemanusiaan dan mitra,” ungkap Ahyudin, Presiden ACT, Selasa (13/12).
KOMENTAR