Superman, Batman atau Captain America adalah superhero yang kebanyakan disukai anak-anak.
Mereka memilih superhero karena membela dan melindungi yang lemah dengan menggunakan kekuatan mereka.
"Begitu banyak anak-anak prasekolah yang meniru superhero idolanya dan orang tua berpikir bahwa superhero akan membantu anak-anak membela orang lain," kata Sarah M. Coyne, seorang peneliti.
Namun, penelitian yang dilakukan Coyne tentang perilaku anak yang mengidolakan superhero justru menunjukkan hasil sebaliknya.
“Anak-anak malah menjadi agresif dan bukan menjadi pembela kaum yang lemah,” jelas Coyne yang mempublikasikan penelitiannya dalam Journal of Abnormal Child Psychology.
Baca: Metode Time Out untuk Tangani Anak Agresif dan Suka Memukul
Coyne memberikan alasan mengapa anak-anak justru memiliki perilaku kekerasan dan bukan perilaku seperti superhero.
“Sebagian besar program superhero tidak diciptakan untuk anak-anak prasekolah. Sementara penelitian ini menemukan banyak anak prasekolah sering menyaksikan tayangan superhero. Anak-anak tersebut tidak memiliki kemampuan kognitif untuk memilih pesan moral yang sering digambarkan.”
Baca: Agar Tak Kebablasan, Begini Cara Orang Tua Memantau Aktivitas Anak di Era Digital
Namun Coyne menegaskan, inti dari penelitian ini bukan bermaksud melarang anak-anak memiliki superhero.
Pasalnya memiliki superhero bisa menjadi kenangan menyenangkan pada masa kanak-kanak.
“Namun, sebaiknya orang tua harus tetap berhati-hati, karena budaya superhero bisa mengubah sikap anak-anak. Mulai dari ketika anak-anak main dengan mainan superhero, mengidentifikasi karakter superhero ke diri mereka, hingga berdandan ala superhero.”
Baca: Yang Harus Diperhatikan dari Perilaku Anak Usia Balita
Di sisi lain, Sherly Hidayat Putra, M.Psi., Psikolog dari Ukrida Jakarta, yang paling utama perlu disadari orang tua adalah lumrah jika anak-anak terutama usia 3-5 tahun memiliki sosok superhero yang disukai.
“Tapi cobalah ajak bicara anak apa yang ia sukai dari superhero tersebut.”
Lalu cobalah mendengarkan tanpa menyela pemikiran dan pendapatnya.
“Anak juga perlu mengutarakan pendapat dan pemikirannya sehingga kita juga bisa memahami pola pikirnya.”
Kebanyakan anak menyukai fantasi, seperti karena superhero bisa terbang.
“Setelah mendengarkan pendapat anak, orang tua pun bisa mulai menjelaskan mana yang real dan mana yang fantasi.”
Jelaskanlah bahwa tidak semua yang dilakukan superhero yang ditontonnya dapat dilakukan di kehidupan nyata.
“Ia perlu belajar memahami antara superhero di realita dan superhero di fantasi.”
Baca: Mengubah Sikap Orangtua Agar Anak Merasa Dicintai
Selain itu, lanjut Sherly, ajaklah anak untuk mengenal realitas mengenai konsep "good guy" seperti membantu orang yang kesulitan tanpa meminta imbalan, memiliki keinginan yang kuat, dan berbagi dengan orang yang kesulitan.
“Sedangkan konsep "bad guy" seperti orang yang suka menyakiti orang lain, melakukan kesalahan yang menyebabkan orang lain terluka sehingga harus menerima hukuman.”
Baca: Eksis dan Terkenal di Sosial Media Sejak Kecil, Apa Dampaknya Saat Anak Dewasa?
Saat mendampingi anak menonton superhero, bisa ditanyakan kepada anak mengenai apa yang ia peroleh (lesson learned) dari film yang ia tonton.
Apa yang bermakna dan berkesan buat anak dari film tersebut.
Mendengarkan pemikiran dan hal yang berkesan baginya membantu anak juga merasa diterima dan dihargai pendapatnya. “
Ia perlu juga belajar memahami bahwa ia boleh dan berhak untuk mengutarakan pemikirannya, walaupun mungkin hal tersebut tidak masuk akal bagi orang tua.”
Baca: Jangan Biarkan Anak Terbiasa Berkomentar Negatif Ala 'Haters' di Media Sosial
Berdasarkan jawaban anak, orang tua bisa membantu menjelaskan konsep “good guy” dan “bad guy” dalam realita dan fantasi.
“Bisa kita jelaskan juga bahwa in general, semua orang ingin menjadi superhero, tetapi terkadang mereka tidak menyadari bahwa menjadi superhero butuh pengorbanan.”
Lalu berikan contoh pengorbanan dari tokoh-tokoh superhero yang diidolakan anak.
“Hal ini membantu anak juga menyadari ‘kualitas diri’ dari seorang superhero.”
Baca: Takut Anak Terpengaruh Selebgram 'Negatif'? Lebih Baik Lakukan Ini
Berdasarkan beberapa pandangan, kecenderungannya memang anak laki-laki lebih dapat berperilaku agresif dikarenakan adanya faktor hormon testosteron.
“Itulah sebabnya mengapa banyak tawuran dilakukan oleh anak laki-laki.”
Namun, bagi anak laki-laki terutama, tokoh superhero merupakan hal yang penting dalam proses tumbuh kembangnya.
“Jadi, orang tua pun perlu belajar memahami dan menerimanya.”
Jika anak main bersama dengan teman-temannya dan mereka mengajak bermain superhero, tetapkanlah peraturan permainan bagi semua anak.
“Tidak ada kontak atau permainan akan berhenti dan berakhir.”
Usahakanlah selalu berada di dekat anak untuk tetap mengawasi jalannya permainan.
Begitu terjadi kontak antara anak, langsung hentikanlah permainan.
“Superhero adalah normal bagi anak-anak. Namun, supervisi orang tua adalah yang paling penting dilakukan agar anak tetap berada di jalur yang sesuai.”
Noverita K. Waldan/NOVA.id
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR