Bermodal kemauan belajar dan kesungguhan, warga Sukun, Kodya Malang ini sukses membangun usaha budi daya cacing. Kini, omsetnya menyentuh angka ratusan juga rupiah per bulan.
Tak pernah terpikir di benak Abdul Azis Adam Maulida (40) untuk membudidayakan cacing. Setelah keluar dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kimia tahun 2010, sarjana teknik industri ini sempat menganggur selama setahun. Saat jobless, dia pergi ke Semarang untuk belajar cara membudidayakan belut. “Saat belajar ternak belut itulah saya pertama kali kenal cacing. Cacing adalah makanan terbaik belut,” kata Adam.
Ternyata, beternak belut tak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor yang harus dijaga agar belut bisa berkembang baik. Adam pun memilih mundur dari menjadi peternak belut. Gagal di usaha ternak belut, Adam banting setir dan mencoba beternak sapi dengan menggandeng peternak sebagai mitra kerja.
Tetapi, lagi-lagi ia kurang berhasil, sebab kalau tidak jeli, ternak juga kadang sering mati. “Dari pengalaman itu saya mengambil kesimpulan, usaha apa pun, apalagi yang berurusan dengan makhluk hidup, harus konsisten dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Kemauan Untuk Sukses
Setelah bergonta-ganti jenis usaha, ada satu usaha yang Adam tetap jalankan walaupun bukan usaha utama yaitu budi daya cacing dengan harapan bila suatu saat membuka usaha yang butuh cacing sebagai salah satu bahan, ia tak kesulitan lagi. “Merawatnya gampang, makanannya pun tak perlu beli, cukup sampah dapur dihaluskan,” katanya.
Tergelitik dengan kondisi usahanya, Adam menetapkan apa pun rintangannya dia harus sukses. Ia akhirnya menetapkan hati untuk serius beternak cacing. Proses yang cukup simpel mendorongnya untuk mulai mengembangkan budi daya cacing jenis lumbricus rubelus, tahun 2013.
Karena tak mungkin membudidayakan sendiri, Adam menggandeng warga di sekitar rumahnya di Malang untuk menjadi mitra kerja. Ilmu tentang beternak cacing dia peroleh sambil jalan dan belajar dari banyak orang.
“Ya, pokoknya learning by doing lah,” katanya sambil tertawa. Cacing hasil ternaknya dan cacing pasokan masyarakat dia pasarkan ke peternak ikan dan udang di kawasan Banyuwangi hingga Tuban (Jawa Timur).
Ternyata, pilihan Adam tak salah. Usaha budi daya cacingnya berkembang baik. Tahun 2014, dia mendirikan CV Rumah Alam Jaya Organik. Dalam perjalanannya, Adam sadar bahwa membudidayakan cacing sebenarnya bukan sekedar mendapat penghasilan tetapi juga baik bagi lingkungan. Makanan dasar cacing adalah semua jenis limbah nonkimia sehingga keberadaan cacing sangat dibutuhkan bagi keseimbangan alam. Yang mengherankan, meski makanan cacing adalah limbah atau kotoran, tetapi dagingnya justru higienis. Bahkan kotoran cacing sangat bagus dijadikan pupuk organik.
Adam kemudian bertemu Prof. Karsono dari Madiun, seorang peneliti serta anggota Komite Dewan Pupuk Nasional. Dari sang profesor, Adam tahu bahwa jika cacing diolah menjadi bentuk cair atau jus, ia tak hanya bisa digunakan sebagai makanan ikan, tetapi bisa dijadikan berbagai bahan kebutuhan industri mulai industri farmasi, pupuk tanaman organik sampai bahan alat kecantikan.
“Sejak itu saya mengurangi pasokan cacing untuk budidaya ikan. Dengan sedikit diolah menjadi jus atau difermentasikan dalam waktu tertentu, harga jualnya makin mahal,” kata Adam. Cairan fermentasi cacing dijadikan bahan untuk pupuk tanaman dan perikanan organik.
KOMENTAR