Yang juga jadi soal adalah masalah pendanaan. Setiap hari Adam harus menyiapkan dana segar untuk membeli cacing dari mitra kerja, berapa pun jumlahnya. “Saya beli cacing dari masyarakat Rp25 ribu per kilogram. Beruntung, saya mendapat bantuan pinjaman modal dari Bank BRI sehingga soal pendanaan tidak ada masalah lagi,” tambah Adam yang dibantu sang istri, Heni, untuk mengelola usahanya
Berorientasi Ekspor
Tahun 2017 ini, Adam meneken kerjasama dengan sebuah perusahaan yang memiliki cabang di belasan negara di Asia. Dalam sebulan, Adam harus memasok sekitar 60 ton jus cacing untuk disebarkan ke berbagai negara mulai Myanmar, Malaysia, India, Nepal, Vietnam, Tiongkok, Bangkok, dan lain-lain. “Untuk sementara permintaannya 60 ton, tapi ke depan saya diminta menyetor lebih banyak lagi,” imbuh Adam.
Karena permintaan pasar makin hari makin meningkat, Adam pun mengembangkan kemitraan dengan masyarakat di berbagai daerah. Saat ini dia memiliki sekitar 200 mitra aktif yang tersebar di Jawa Timur. Dengan jumlah tersebut, ia mampu meraup omset sekitar Rp300 juta setiap bulan, dengan laba bersih 10 persen atau sekitar Rp30 juta. Adam saat ini juga memiliki 20 karyawan yang membantunya di lokasi pembudidayaan.
Agar suplai ekspor tidak kekurangan, Adam membuka lahan ternak cacing baru seluas 3000 meter. “Sebulan saya menjual rata-rata 15 ton, dari budi daya sendiri 3 ton, selebihnya pasokan dari masyarakat mitra kerja,” katanya.
Untuk mempermudah sistem pembayarannya, Adam memanfaatkan Tabungan BRI Simpedes sehingga para suplier langsung dapat mendapatkan pembayaran dan melakukan transaksi keuangan melalui kantor BRI, ATM maupun AgenBRILink yang menyebar dan dekat dengan lokasi tempat tinggal.
Adam menjelaskan, usaha beternak cacing perlu digalakkan sebagai usaha rumahan. “Selain prosesnya mudah, ramah lingkungan, juga berdampak positif terhadap lingkungan karena makanan utama cacing adalah limbah (sampah) rumah tangga yang dihaluskan,” kata pria yang membuka pintu lebar-lebar untuk memberi pelatihan kepada siapa saja yang berminat. Selain itu, hasilnya juga lumayan dan nyaris tanpa mengeluarkan modal tambahan. Cukup membuat kandang sederhana. Masa panen cacing sebulan sekali.
Toh, lanjut Adam, untuk sukses menjadi pengusaha seperti yang saat ini ia raih bukan tanpa hambatan. Misalnya, meski sudah berjalan baik, namun ia tetap harus memberikan pendampingan kepada mitra kerja agar cacing tetap terjaga kuantitasnya. “Pengetahuan mereka harus selalu di-maintenance. Misalnya ketika setoran cacing menurun, kami akan mencari tahu penyebabnya. Apakah kekurangan pemberian makanan atau lainnya,” ujar Adam.
Tak ketinggalan, Adam berbagi tips menjadi seorang pengusaha sukses. “Tidak boleh berhenti belajar dan bisa bekerja team work. Sepandai-pandainya orang pasti punya keterbatasan. Karena itu kita harus menjalin relasi dengan banyak kalangan,” katanya.
Gandhi Wasono
KOMENTAR