“Coba bernapas dengan sedotan yang diletakkan di mulut, lalu tutup hidung. Rasa sesak itulah yang selalu dirasakan oleh dirinya dan para penderita hipertensi paru lainnya ketika bernapas.
“Kalau aktivitas di kantor relatif aman dan saya lebih banyak bekerja depan PC. Hanya saja kalau ada kegiatan di luar rutinitas. Agak berat,” sahutnya.
(Baca: Orang tua Wajib Tahu! Anak Terpapar Asap Rokok Sejak Kecil Potensi Jantung Koroner)
Tambah Dhian, yang semakin menjadi masalah adalah ketika dia berada di tempat umum.
Dirinya tak bisa menghisap asap rokok. Bernafas saja susah, apalagi menghisap udara yang penuh racun.
“Saya pribadi enggak suka pakai masker, karena nafas kurang lega, tapi kalau sudah tidak bisa dihindari, terpaksa pakai,” jelas perempuan berusian 41 tahun yang selalu tersenyum ini.
Apalagi, penampilannya yang tampak sehat membuatnya tidak mendapatkan prioritas, misalnya di commuter line, Dhian pasti diminta untuk memberikan kursi pada perempuan hamil.
“Jadi, saya jarang naik angkutan umum,” jelasnya.
(Baca: Hati-hati, 4 Organ Ini Menjadi Sasaran Utama Hipertensi!)
Untuk aktivitas di rumah, Dhian mengerjakan tugas ringan seperti menyapu atau beres-beres.
“Alhamdulillah suami saya tidak banyak menuntut, dan sangat mengerti kondisi saya. Misalnya, selalu menyediakan air hangat untuk mandi setiap pagi, membuatkan teh, berusaha menjadi orang pertama yang bisa dimintai bantuan. Kalau asisten tidak datang atau libur, suami yang turun tangan,” sahut Dhian.
Dhian pun bersyukur kedua anaknya yang berumur 14 tahun dan 11 tahun mengerti bila ibunya sedang capek.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR