Ketika telah menikah selama beberapa tahun dan belum dikaruniai momongan, pasangan kerap kali bertanya-tanya apa yang salah pada kondisi kesehatan mereka?
Karena sering timbul keraguan, "Ah, sepertinya saya sehat-sehat saja, kok. Mungkin belum waktunya diberi momongan."
Lalu kapan sebaiknya pemeriksaan harus dilakukan jika pasangan yang sudah menikah tak juga dikarunia momongan?
Tapi, tentu tak ada salahnya kita dan suami segera memeriksakan diri ke dokter bila telah setahun menikah.
Tujuannya supaya segera ditangani bila memang dijumpai kelainan.
(Baca: Jangan Katakan Ini pada Teman yang Belum Punya Anak)
Seperti dituturkan dr. H. Hendy Mochtar, Sp.OG dari RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, "Fertilitas dan infertilitas sebenarnya merupakan kemampuan sepasang suami-istri sebagai satu kesatuan biologik."
"Fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran seorang anak. Dikatakan fertilitas, bila seorang istri mampu hamil dan melahirkan anak dari suami yang mampu menghamilinya. Sebelum atau sesudah itu tak diketahui apakah pasangan tersebut subur atau tidak," papar Hendy.
(Baca; Terjawab, Ini 7 Alasan Mengapa Usia 20-30 Tahun Waktu yang Tepat untuk Hamil)
Sebenarnya, terang Hendy lebih jauh, yang rumit jika penyebabnya terletak pada istri.
"Istri kan memiliki banyak organ reproduksi, sehingga banyak faktor kemungkinan penyebab infertilitas."
Barangkali hal inilah yang menyebabkan masyarakat lebih sering menyalahkan wanita ketimbang laki-laki dalam soal tidak adanya keturunan.
Nah, berikut masalah-masalah penyebab infertilitas pada wanita:
1. Masalah pada Vagina
Umumnya terjadi karena adanya sumbatan atau peradangan pada vagina, sehingga dapat menghambat penyampaian air mani.
Ada dua jenis sumbatan yang kerap terjadi.
Yang pertama sumbatan psikogen, atau disebut juga vaginismus/disparenia. Kemudian sumbatan anatomik karena bawaan atau perolehan.
Vaginitis atau radang pada vagina ini banyak penyebabnya.
Misalnya karena Kandida albikans atau Trikomonas, yaitu semacam kuman yang hidup di dalam vagina.
Kuman ini dapat menghambat/mempengaruhi gerak spermatozoa.
(Baca: Selain Gatal, Ini 5 Keluhan Paling Banyak Soal Vagina dan Cara Benar Mengatasinya)
2. Kelainan Lendir Serviks (Mulut Rahim)
Serviks atau mulut rahim biasanya mengarah ke bawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina.
Nah, saluran mulut rahim ini dilapisi lekukan-lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan lendir.
Sebagian dari sel-sel epitelnya mempunyai silia (bulu getar) yang mengalirkan lendir mulut rahim ke vagina.
Bentuk seperti itu dapat menjamin penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis (saluran mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga rahim) secara terus-menerus dalam waktu yang lama.
Nah, infertilitas yang berhubungan dengan faktor serviks ini disebabkan adanya sumbatan pada saluran mulut rahim tadi.
Juga adanya lendir yang abnormal.
"Terkadang lendirnya demikian kental sehingga menghambat penetrasi (masuknya) sperma. Dengan demikian maka sulit untuk terjadinya pembuahan."
Selain itu, bisa karena posisi serviks yang tidak lazim. Bisa juga karena kombinasi dari ketiga hal tadi.
Kelainan anatomi pun sangat berperan dalam hal ini, yaitu adanya polip serviks, peradangan, atresia (cacat bawaan) dan lain-lain.
(Baca: Coba Cek, Ternyata Warna Sperma Menandakan Kesuburan Pasangan)
3. Kelainan Uterus (Rahim)
Adanya distorsi kavum uteri (rongga rahim) karena sinekia (perlengketan), mioma atau polip; peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus ini.
Hormon prostaglandin dalam air mani juga memegang peranan penting dalam transportasi sperma ke dalam rahim.
Jika jumlah prostaglandin dalam air mani ini kurang dapat juga menjadi masalah infertilitas.
"Yang terang, kelainan-kelainan yang terdapat dalam rahim dapat mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterine (dalam kandung rahim), nutrisi, serta oksigenisasi janin," ujar Hendy.
(Baca: 7 Jenis Kelainan Rahim yang Membuat Wanita Sulit Hamil)
4. Kelainan Tuba (Saluran Telur)
Faktor kelainan tuba paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas.
Kelainan tuba, seperti hidrosalping atau tuba yang membesar seluruhnya maupun tuba yang menebal karena adanya kerusakan dinding tuba akibat infeksi atau endometriosis.
Kelainan tuba yang lain, seperti tuba yang kecil juga menunjukkan adanya bekas peradangan sebelumnya.
Tuba yang pendek mungkin akibat peradangan, tekukan pada beberapa tempat atau fibrosis (pembentukan jaringan ikat), dan juga perlekatan tuba.
Adanya perlekatan ini dapat mengganggu keutuhan tuba, mengganggu pergerakan fimbriae (bentuk seperti rumbai-rumbai yang tak teratur dan terdapat pada bagian ujung saluran rahim) atau menahan ovarium.
"Untuk menghindari perlekatan inilah, maka jangan sekali-kali mengurut bagian perut. Karena jaringan tersebut harus diperlakukan secara halus," ujar Hendy.
Kelainan pada tuba dapat diatasi dengan operasi.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan anatomi tuba dan ovarium seperti semula.
Tentunya, dengan memperhatikan pula kemungkinan gerakan otot dan silia tuba, sekresi tuba, dan daya tangkap ovum yang efektif.
Sedangkan endometriosis pada tuba dapat disembuhkan melalui pengobatan.
Seperti dengan pemberian obat-obat hormonal.
5. Kelainan Ovarium (Indung Telur)
Bila pada siklus ovarium yang normal, dari folikel-folikel akan jadi bibit ovum dan terjadi ovalarsium.
Apabila terdapat suatu gangguan pada ovarium seperti adanya tumor-tumor, kista endometriosis, maka bisa mengakibatkan terjadinya anovulasi (tidak terjadi ovulasi).
Tentu saja dengan tidak terjadinya ovulasi ini juga merupakan faktor infertilitas.
"Bagaimana mau terjadi kehamilan bila tak ada sel telurnya? Karena itu harus dicari tahu penyebabnya," ujar Hendy.
Tentunya, lanjut Hendy, jika diketahui penyebabnya, harus segera diambil tindakan.
Misalnya karena tumor di ovarium, maka harus dilakukan tindakan operasi. Bila masalahnya terdapat pada endometrium, maka dilakukan biopsi endometrium dengan cara mikro kuret.
Biasanya ini dilakukan pada hari ke-22 sesudah menstruasi.
(Baca: Jangan Pernah Abaikan 9 Gejala Kanker Ovarium Ini!)
6. Kelainan Peritoneum
Peritoneum merupakan semacam selaput yang membatasi dinding perut dan rongga panggul dan menutupi organ bagian dalam yang besar, terutama dalam perut.
Nah, kelainan yang terdapat pada peritoneum ini bisa karena endometriosis atau radang panggul.
Lapisan ini bisa mengeluarkan semacam cairan peritonal yang dapat menyebabkan infertilitas.
Tapi jarang sekali terjadi infertilitas yang dikarenakan kelainan organ ini.
7. Kelainan Hormon/Masalah Endokrin
Infertilitas pada wanita bisa juga terjadi karena imbalance hormonal atau ketidakseimbangan hormon.
Misalnya setiap bulan memang mengalami menstruasi, hanya saja tidak terjadi ovulasi.
Bila diketahui penyebabnya karena hormonal, maka dilakukan keseimbangan hormon dengan cara terapi obat-obatan.
Nah, jadi bila isteri belum hamil-hamil juga dan setelah dicari penyebabnya, biasanya dokter akan menginformasikan kondisi sebenarnya.
Kini sudah banyak cara untuk mendapatkan anak.
Salah satunya bisa dengan Gamet Intra Fallopian Tube (GIFT) atau bayi tabung.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan melihat kemungkinan dari kondisi alat reproduksinya.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR