(Baca juga: Sebelum Donor ASI, Lakukan Pemeriksaan Ini Terlebih Dahulu!)
Kamar Bung Karno
Begitu masuk ke dalam bangunan utama, kita disambut dengan ramah oleh Indah, guide yang melayani siapapun tamu yang datang ke sana.
Awalnya dia akan mengajak kita masuk ke sebuah ruangan besar, bersih dan tertata rapi, yang mereka sebut dengan Rumah Loji.
Di dinding bangunan dengan beberapa kamar serta ruang tamu luas itu terdapat berbagai lukisan serta benda-benda kuno.
Menurut Indah, Rumah Loji itu peninggalan zaman Belanda yang sudah ada sejak perkebunan itu berdiri tahun 1874.
(Baca juga: Begini Cara Mengejutkan Stuart Collin Minta Bertemu Sang Anak kepada Risty Tagor)
“Namun, setelah Belanda hengkang dari Indonesia, pada tahun 1960 status hukumnya di-swastakan dengan dimiliki beberapa mandor. Oleh Pak Deni Rosadi, yang juga salah seorang kepala mandor, perkebunan beserta aset yang ada di atasnya dibeli semua dan menjadi milik pribadinya,” kata Indah.
Dari Deni Rosadi yang meninggal tahun 1984, perkebunan tersebut jatuh ke anggota keluarga lain.
Namun, sejak tahun 2014 dikelola Herry Noegroho, mantan bupati Blitar bersama anaknya, Wima Brahmantya.
“Jadi Mas Wima masuk generasi ketiga,” ujarnya.
(Baca juga: Terpopuler: Penyebab Gemuk Seiring Bertambahnya Usia hingga Cerita Winda Viska soal Bahaya Preeklamsia saat Hamil)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR