(Baca juga: Tak Perlu Panik, Inilah Pertolongan Pertama yang Bisa Kita Lakukan Bila Mengalami Cedera Engkel)
“Saya ini karakternya agak sentimental dengan masa lalu, jadi ada perasaan sayang kalau peninggalan zaman dulu, dengan segudang sejarah yang melingkupinya, harus dibongkar,” papar Wima, Sarjana Matematika ITS yang tertarik dunia seni.
Di antara bangunan-bangunan tua di area perkebunan itu, selain untuk resto, Rumah Loji, ruangan pengolahan kopi, juga digunakan sebagai museum.
Di dalam Kebun Karanganjar, ada tiga museum, yaitu Museum Purna Bhakti, Museum Keris, dan Museum Mblitaran.
Untuk Museum Purna Bhakti berisi barang-barang peninggalan semasa Herry Noegroho menjabat sebagai bupati, mulai setting meja kursi kerja, sampai busana ketika jadi bupati selama 12 tahun.
(Baca juga: Jangan Kaget, Ternyata Ini Alasannya Mengapa Miss V Bisa Kendur!)
“Daripada hanya ditumpuk dalam lemari, kan bisa dipajang sebagai kenang-kenangan,” kata Wima.
Sementara untuk Museum Mblitaran, bersisi tentang benda-benda seni dari Blitar, mulai lukisan tentang Kota Blitar yang dilukis sangat apik dari bahan kopi, batik khas Blitar yang coraknya diambil salah satu museum di Leiden, Belanda, sampai seperangkat alat gamelan.
“Saya lihat dengan mata kepala sendiri, gong gamelan ini bunyi sendiri tanpa ada yang menabuh,” papar Wima.
Yang tak kalah menarik adalah Museum Keris yang berisi puluhan keris yang tertata dengan rapi, mulai peninggalan Mpu Jimbe yang hidup pada jaman Majapahit sampai keris yang digunakan Jenderal Sudirman tertata rapi menjadi bagian koleksi di sana.
(Baca juga: Ternyata Bukan Karena Pola Makan, Hal Ini yang Bikin Kita Gemuk Seiring Bertambahnya Usia)
Ada satu lagi fakta menarik tentang Perkebunan Karanganjar, yaitu sebagai tempat lahirnya Anthony Herman Gerard Fokker.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR